Sudah Saatnya Lembaga Keuangan Sinergikan Program UMKM

MEDAN, KabarMedan.comĀ | Lembaga keuangan-dalam hal ini bank bisa dibilang belum terlalu memfasilitasi pendanaan untuk masyarakat yang ingin memulai usaha dari dapur-dapur rumah mereka.

Pastinya banyak keluarga yang berniat untuk memulai usaha harus mengurungkan niat perihal masalah pendanaan. Pada akhirnya niat tadi pupus dikarenakan prosedur yang kesannya menyulitkan, namun juga prosedur ini dilakukan sebagai syarat untuk pengajuan pendanaan.

Banyak bank lebih tertarik memberikan pendanaan bila usaha sudah berjalan beberapa bulan dan sudah terlihat bentuk fisik usaha daripada hanya sekadar niat yang tertuang di bussiness plan.

Jika masyarakat yang pupus akan membangun usaha ini ditanyai satu per satu, mengapa tidak mengajukan pendanaan melalui bank, bisa dipastikan jawaban beragam. Namun dapat disimpulkan, lingkup jawabannya tidak jauh seputar (1) ketidak-tahuan akan prosedur pengajuan, (2) prosedur pengajuan pendanaan yang sulit, (3) tidak ada agunan sebagai jaminan pengajuan dana, (4) suku bunga tinggi yang diterapkan bank, (5) pengajuan pendanaan yang ditolak, dan (6) ada juga yang tidak berminat sama sekali.

Tidak sedikit masyarakat kita beralih mengajukan pendanaan dari non bank dan lebih memudahkan dalam hal prosedur, walaupun terkadang ada juga non bank yang memberikan pendanaan kemudian melakukan kecurangan dan ini merugikan masyarakat. Konon mendapatkan keuntungan, malah dipusingkan untuk menutupi cicilan, operasional usaha pun hanya sebatas memenuhi biaya keluaran.

Memang dalam hal ini perlunya pemahaman dari keduanya, masyarakat yang harusnya mafhum akan prosedur dan bank sendiri harusnya peka dalam memfasilitasi kebutuhan calon UMKM.

Memfasilitasi di sini dalam artian memberikan binaan untuk menjadi pelaku UMKM yang tangguh di era digitalisasi kini. Tidak hanya memberikan pendanaan juga melakukan serangkaian program untuk menumbuhkan semangat dan kepercayaan masyarakat terhadap pendanaan bank.

Keberhasilan UMKM meliputi aspek yang saling berkaitan seputar (1) standar kompetensi, (2) ilmu pengetahuan dan teknologi produksi, (3) pasar dan jaringan pemasaran, (4) sistem informasi dan manajemen, (5) dan pastinya pembiayaan dari lembaga keuangan. Jika kelima hal ini tidak bisa dicanangkan sekaligus oleh perbankan, bisa saja pihak bank melakukan kerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan fasilitas binaan untuk UMKM.

Sinergikan Program UMKM di Sumut

Melihat geliat membangun usaha mikro di Indonesia kini, seperti berlomba-lomba untuk menjadi UMKM yang produknya dapat diterima di seluruh negara tidak hanya di Indonesia.

Banyak pameran produk UMKM yang digelar di luar Indonesia, seperti baru ini ada Pameran Pusat Kerajinan dan Kesenian Populer Antar Amerika yang digelar di Cuenca Ekuador, Amerika Selatan.

Kepercayaan seperti ini yang membuat masyarakat semangat sebagai pelaku UMKM, tidak hanya memberikan pendanaan juga difasilitasi. Situasi ini tidak lain dan tidak bukan juga berkat lembaga keuangan yang tetap konsisten memberikan pelayanan terbaik, seperti Bank Sumut

Kharil Anwar, Divisi Ritel Pimpinan Bidang UMKM di Bank SUMUT, di tengah obrolan kami mengatakan, “Banyak program pendanaan yang telah berjalan dan membantu pengusaha UMKM, seperti tahun ini saja kami meluncurkan program pendanaan kredit Sahabat Insan Pengusaha Pemula (SIPP) diperuntukan untuk pemuda, Kredit Permaisuri yaitu kredit pengusaha UMKM wanita, dan banyak lagi. Nah di tahun depan, kami fokus untuk meluncurkan e-commerce yang membantu UMKM memasarkan produknya di dunia digital,”.

Jika melihat data Sensus Ekonomi 2016 Sumatera Utara, ternyata jumlah usaha/perusahaan menurut skala usaha, Usaha Mikro Kecil (UMK) berjumlah 1.161.154 usaha dan Usaha Menengah Besar (UMB) berjumlah 17.122 usaha. Dari sini dapat diketahui struktur perekonomian di Sumatera Utara masih didominasi oleh UMK, maka sudah seharusnya adanya program-program yang bisa disinergikan.

Mengingat data “Posisi Kredit UMKM” yang diberikan secara keseluruhan mengalami peningkatan di tiap tahunnya, sudah dapat dipastikan banyak masyarakat yang sebenarnya masih percaya pendanaan dari bank, namun terkendala tentang bagaimana memulai dan mengelola usaha.

“Literasi keuangan penting untuk diketahui, bagaimana mengurus dan membedakan keuangan usaha dengan keuangan keluarga. Dan pastinya harus peka terhadap informasi tentang edukasi-edukasi yang diberikan Bank Sumut untuk pelaku UMKM yang dilakukan berkala,” kata Kharil menambahkan himbauan untuk mereka yang baru ingin memulai ataupun sudah menjadi pengusaha UMKM.

Bank SUMUT sebagai bank daerah sudah seharusnya dapat menjadi solusi untuk pelaku UMKM yang ingin mengembangkan usaha mereka.

Dari Sumut Untuk Indonesia

Liza Batik Mangrove merupakan salah satu pelaku UMKM yang telah banyak mengalami kemajuan di 2 tahun terakhir ini. Rumah produksinya beralamatkan di Jalan Masjid, Sampali, Desa Pematang Johar, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Rahma Liza, ibu dua orang anak inilah yang mempunyai ide membuka usaha batik mangrove, siapa yang mengira usaha yang dimulai di rumahnya dengan bermodalkan 5 lembar kain polos yang ia canting dulu menjadi sumber penghasilan hingga sekarang omsetnya mencapai puluhan juta tiap bulannya, kini pesanan batik mangrovenya sudah sampai keluar, seperti kota Yogyakarta dan Jakarta.

“Kami sering sekali melakukan pameran untuk pemasaran, dan diantaranya merupakan pameran yang diadakan oleh Bank SUMUT. Dari pameranlah, banyak pesanan berdatangan, karena informasi dari mulut ke mulut,” ucap Rahma bercerita tentang pengalamannya bersama Bank SUMUT sebagai mitra kredit usahanya.

Langkah pengajuan pendanaan ke Bank SUMUT menjadi titik mula usaha Rahma dikenal banyak orang, dan kini Rahma tidak sendiri menjalani usahanya, sekitar 5 orang anggotanya merupakan ibu rumah tangga di lingkungan rumah produksi, diajaknya bergabung untuk mengelolah Liza Batik Mangrove. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.