MEDAN, KabarMedan.com | Deodoran banyak digunakan orang sebagai cara untuk menghilangkan bau badan. Namun terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa deodoran bisa memicu munculnya kanker.
Menurut beberapa ahli, hal itu terjadi karena deodoran mengandung antiperspiran di dalamnya. Beberapa senyawa dalam deodoran dapat menganggu fungsi hormon reproduksi dan perkembangan tubuh.
Jaringan ketiak yang mengandung reseptor hormon dapat bereaksi terhadap beberapa bahan dalam deodoran. Karena itu, deodoran dinilai bisa memicu risiko gangguan reproduksi dan kanker.
Selain itu, deodoran yang mengandung senyawa aluminium dapat menyumbat setiap saluran keringat di area ketiak. Dengan begitu keringat akan tertahan dan meninggalkan bekas keringat di pakaian.
Senyawa aluminium biasa digunakan dalam antirespiran untuk mencegah produksi keringat berlebih. Apabila aluminium terlalu banyak dalam tubuh seseorang itu dapat menyebabkan penyakit tulang atau demensia.
Pada umumnya kelebihan aluminium akan disaring keluar dari tubuh oleh ginjal. Jika anda memiliki fungsi ginjal yang sehat maka aluminium dapat diproses dan diserap melalui kulit. Tetapi orang dengan fungsi ginjal yang emah tidak dapat menyaring aluminium dengan cepat.
Karena hal itulah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengimbau produsen deodoran agar memasukkan peringatan khusus untuk orang dengan penyakit ginjal.
Kandungan deodoran lainnya yaitu paraben yang dapat meningkatkan fungsi hormon estrogen, yaitu hormon yang berfungsi untuk perkembangan seksual, kesehatan payudara dan fungsi tubuh lainnya. [KM-102]