Ribuan Hektare Lahan Padi di Sumut Terkena Banjir, Puluhan Puso

Foto ilustrasi tanaman padi. Foto : Istimewa

MEDAN, KabarMedan.com | Lebih dari seribu hektare lahan padi terkena banjir di 6 kabupaten di Sumut. Dari angka tersebut, 29 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso. Petani padi kini merasa was-was karena curah hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi setiap hari.

Seorang petani di Kelurahan Bulu Cina, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, Harianto mengatakan, dia hanya memiliki lahan padi seluas 2,5 rante yang ditanaminya padi varietas ciherang. Untuk diketahui, 1 rante setara dengan 20×20 meter. Saat ini tanaman padinya berumur 20 hari. Dengan usia tersebut, rentan rebah jika hujan turun sangat deras ditambah lagi dengan angin kencang.

“Kalau rebah, ya pasti rugi lah. Memang di bulan Desember sampai Januari ini kan curah hujan tinggi, dan sekarang ini pun sedang bucuk cuacanya kan. Kita berharap pemerintah menaruh perhatian juga kepada petani padi seperti kita,” katanya, Selasa (8/12/2020).

Baca Juga:  Bentrok OKP di Perbaungan, Polres Sergai Tegaskan Komitmen Jaga Keamanan

Dikonfirmasi melalui aplikasi percakapan WhatsApp pada Selasa siang, Kepala Unit Pelaksana Teknis Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino menjelaskan, berdasarkan data terbaru perkembangan bencana alam di Sumatera Utara, tercatat 1.286 hektare pertanaman padi terkena banjir dan 29 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso. Kenaikan itu terjadi hanya dalam waktu 4 hari.

Dijelaskannya, sejumlah kabupaten yang terkena banjir tersebut yakni Deli Serdang terkena banjir seluas 226,5 ha, Labuhanbatu Utara 224 ha, Batubara 0,5 ha, Sergei 204 ha, Langkat 617 ha, dan Kabupaten Karo 14 hektare. Sehingga total yang terkena banjir seluas 1.286 hektare.

“Hanya 2 yang terjadi puso, di Deli Serdang seluas 15 hektare, dan Karo 14 hektare,” katanya.

Data pada 4 Desember, luasan lahan pertanian padi di Deli Serdang yang terkena banjir seluas 104,5 hektare, 50,5 hektare di antaranya berada di Desa Bulu Cina, Tandem Hilir, Pulau Manan, Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak. Kemudian 24 hektare di Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan. Umur tanaman, kata dia, umumnya antara 10 – 30 hari setelah tanam.

Baca Juga:  Kapolres Sergai Ungkap Tiga Kasus Kriminal, Pertegas Komitmen Jalankan Program ASTACITA

“Kalau dilihat dari varietasnya, yang ditanam petani itu umumnya inpari, inpari 32, ciherang dan mekongga,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai apakah petani yang pertanaman padinya mengalami puso akan mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti benih, pupuk atau lainnya, Marino menjelaskan, pihaknya sudah menginstruksikan kepada petugas di lapangan, yakni pengamat hama penyakit, jika ada yang puso untuk segera membuat berita acara puso dilampiri dengan foto open camera.

“Selanjutnya disampaikan ke Dinas Pertanian kabupaten sehingga nantinya dapat mengusulkan bantuan ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut,” ungkapnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.