MEDAN, KabarMedan.com | Kasus COVID-19 di Sumatera Utara terus meningkat. Penyebarannya juga sampai ke desa-desa.
Masyarakat tergerak untuk membuat “Kampung Tangguh” dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19 dari level desa/kampung.
Adalah warga Desa Kandibata, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang membentuk Desa Kuta Paguh (Kuat dan Tangguh).
Setiap masyarakat yang datang harus di cek suhu tubuhnya, wajib memakai masker, dan mencuci tangan di tempat yang telah disediakan.
Selain itu, sepeda motor, mobil dan angkutan umum yang masuk juga disemprot disinfektan oleh para relawan yang berjaga.
Protokol kesehatan tidak hanya berlaku bagi masyarakat, tapi juga aparat kepolisian maupun TNI yang datang ke desa tersebut.
Hal inilah yang dirasakan Kapolda Sumut, Irjen Pol Martuani Sormin dan rombongan saat berkunjung ke desa tersebut, Kamis (18/6/2020).
Martuani dan rombongan harus menjalani protokol kesehatan terlebih dahulu, mulai dari pengecekan suhu tubuh, penyemprotan hand sanitizer dan lainnya. Setelah dinyatakan aman, Kapolda Sumut beserta rombongan dipersilakan masuk.
Selanjutnya, Kapolda Sumut meninjau posko Kuta Paguh (kuat dan tangguh) yang berfungsi sebagai tempat penyampaian informasi, ruang isolasi dan dapur umum.
“Ini langkah tepat dilakukan Kepala Desa Kandibata bersama masyarakat di sini dalam menangani dan mengantisipasi penyebaran COVID-19,” kata Martuani.
Kepala Desa Kandibata, Puji Tarigan menceritakan, terbentuknya Desa Kuta Paguh (Kuat dan Tangguh) berawal dari ada pekerja asing yang bekerja di salah satu proyek yang ada di desa tersebut.
Merebaknya COVID-19 membuat ia dan warga tidak memperolehkan warga asing tersebut tinggal di sana.
“Sebelum diusir pekerja asing di proyek itu. Saya sudah dua kali di demo warga karena mereka takut. Virus corona pertama kali di China dan pekerja asing tersebut berasal dari China. Jadi saya minta tenaga kerja asing itu kembali ke tempat asalnya,” kata Puji saat ditemui, Jumat (19/6/2020).
Merebaknya COVID-19 di Indonesia, Puji mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes-red) dengan mengundang tokoh adat, tokoh masyarakat, karang taruna, tokoh agama dan lainnya.
“Pada 19 Maret 2020 saya mendengar ada maklumat Kapolri tentang COVID-19, dan acuan kami dalam pembentukan Perdes. Jadi, tanggal 24 Maret 2020 malam saya mengundang tokoh adat, tokoh masyarakat, karang taruna, tokoh agama dan lainnya,” ujarnya.
Setelah terbitnya Perdes, ia bersama Bhabinkamtibmas, Babinsa dan tim relawan dan Gugus Tugas berkeling desa memberikan imbauan tentang bahaya COVID-19 kepada masyarakat.
“Kita mendatangi rumah demi rumah guna memberitahu masyarakat tentang kesehatan dan bahayanya virus corona ini. Ini kita lakukan agar masyarakat bisa mandiri dan saling menjaga satu sama lain,” jelasnya.
Ia mengaku jumpa sempat diteror setelah terbitnya Peraturan Desa soal pencegahan COVID-19 tersebut.
“Setelah terbit Perdes ini saya secara pikiran, hati diteror dari media sosial. Berhadapan juga pernah. Saya dianggap terlalu berani dan sok jago. Ada juga yang mau mempidanakan saya. Namun, sampai sekarang berjalan aman,” ungkapnya.
Ia mengaku, anggaran yang digunakan membangun posko, portal, rumah isolasi, tempat cuci tangan, dapur umum dan lainnya berasal dari uang gotong-royong masyarakat, pemerintah desa, dan para relawan.
“Sampai hari ini dana yang sudah dikeluarkan sekitar Rp 20 juta,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya mengimbau, agar bersama-sama menjalankan peraturan tentang penanganan COVID-19 tersebut.
Sementara itu, Bidan Puskesmas Pembantu Desa Kandibata, Glori Dinanti br Purba mengatakan, sampai saat ini rumah isolasi belum digunakan, karena belum ada masyarakat yang terpapar COVID-19.
“Sampai saat ini belum ada masyarakat kita yang terpapar COVID-19. Ruang isolasi ini disiapkan untuk pertahan kita di kampung ini,” cetusnya.
Di ruangan isolasi tersebut, pihaknya juga menyiapkan alat pelindung diri (APD) dan disinfetkan kepada warga yang terpapar COVID-19.
“APD juga kita siapkan, agar warga yang terpapar dapat melindungi dirinya sendiri,” katanya.
Jika ada warga yang terpapar COVID-19, selama di rumah isolasi akan ditanggung segala kebutuhannya.
“Jika ada pasien yang terpapar COVID-19 yang dirawat sementara, kita menyediakan makanannya 3 kali satu hari. Kita juga menyediakan dapur di rumah isolasi di sini,” pungkasnya. [KM-03]