Ironi, Kabupaten Karo Si Produsen Cabai Menjual Produknya Paling Mahal

Harga cabai merah di wilayah Kabupaten Karo yang merupakan produsennya justru mengalami kenaikan paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya di Sumatera Utara. (Foto: KM07)

MEDAN, KabarMedan.com | Selama dua hari terakhir, harga cabai merah di Kabupaten Karo mencapai angka Rp100 ribu per Kg. Harga tersebut ada di pasar tradisional Kota Berastagi. Sedangkan di wilayah Kabanjahe harganya justru lebih rendah yaitu di angka Rp85 ribu per Kg.

Diketahui, belakangan ini kenaikan harga cabai merah di wilayah pegunungan memang kerap lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dataran rendah di Sumatera Utara lainnya seperti Langkat, Deli Serdang, Medan, Sergai hingga Labuhan Batu.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, seperti apa yang disampaikan sebelumnya, harga cabai di dataran rendah banyak dipasok dari wilayah di luar Sumut seperti Jawa, Sumatera Selatan, Lampung sampai Jambi.

Produk cabai merah dari luar Sumut tersebut banyak bertumpu di Kota Medan sebagai titik distribusi selanjutnya ke pedagang pengecer. Hal inilah yang menjadi masalah mendasar yang membuat harga cabai merah khususnya semakin mahal di wilayah Karo, dikarenakan adanya gangguan produksi.

Baca Juga:  Anlene Ajak Warga Medan Cegah Osteoporosis Lewat Jalan 10.000 Langkah

“Dari hasil observasi di lapangan ,produksi tanaman cabai di Karo mengalami penurunan sekitar 38% hingga 41%.Saat ini titik produksi yang paling banyak untuk cabai merah terletak di wilayah Kuta Buluh dan beberapa wilayah yang berdekatan dengan Kuta Buluh. Meskipun wilayah lainnya seperti Naga Lingga, Portibi, TigaPanah, Kabanjahe dan Berastagi juga memproduksi cabai sejauh ini,” ujar Gunawan Benjamin, Selasa(14/10/2025).

Sampai saat ini, harga cabai merah di pasar tradisional masih terbilang cukup tinggi. (Foto: KM07)

Menurut Gunawan Benjamin, pemerintah bisa melakukan sejumlah upaya untuk mendorong produksi tanaman cabai ke depan. Salah satunya dengan melakukan mitigasi dari cuaca yang kurang bersahabat. Wilayah pegunungan sebelumnya dilanda kemarau selama empat hingga lima bulan yang mengakibatkan tanaman tidak tumbuh secara maksimal. Termasuk mitigasi terhadap kemungkinan tanaman rusak akibat musim hujan saat ini.

Baca Juga:  Polres Sergai Gagalkan Pengiriman Ilegal Pekerja Migran ke Malaysia

Kemudian, pemerintah bisa mempertimbangkan untuk mendorong penambahan luas tanaman. Walaupun untuk hal ini sebaiknya pemerintah membuat kelembagaan petani terlebih dahulu. Sehingga bisa memetakan pola tanam dan memperkirakan produksi agar tidak memicu kerugian baik dari sisi petani dan konsumen dari volatilitas harga yang dipicu oleh naik turunnya produksi. [KM-07]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.