GUNUNGSITOLI, KabarMedan.com| Masih tingginya angka pernikahan anak di kota Gunungsitoli, Nias, menjadi perhatian serius Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA).
Berbagai pendekatan program dilakukan bersama Pemerintah, stakeholder lokal, maupun dengan kelompok anak. Salah satu kegiatan yang baru-baru ini dilakukan, yaitu Training of Trainer (TOT) Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Kespro) dalam Pencegahan Pernikahan Anak, di Aula Rumah Sakit Umum kota Gunungsitoli, yang digelar 14 – 16 Maret 2016.
“Peserta kegiatan TOT kali ini fokusnya pada guru-guru konseling dan biologi dari perwakilan sekolah-sekolah tingkat SMA dan SMK kota Gunugsitoli, dan sebelumnya kami juga telah melakukan TOT yang sama untuk sekolah-sekolah pada tingkat SMP sederajat dan organisasi remaja,” kata panita kegiatan dari PKPA, Rido.
Sementara itu, N. Telaumbanua, salah satu guru SMK Caraka Gunungsitoli menyampaikan bahwa terdapat temuan kasus di sekolah dimana siswa bergaul terlalu bebas hingga melakukan hubungan diluar nikah.
“Tentu kasus tersebut menjadi permasalahan tersendiri, namun guru konseling harus lebih dalam mencari informasi dan memberikan kesempatan siswa untuk dapat menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga dampak lanjutan yang buruk tidak terjadi,” ujarnya.
Setelah mengikuti kegiatan selama tiga hari tersebut, para peserta sepakat untuk melakukan upaya pencegahan terhadap kekerasan seksual terhadap anak dengan menggunakan berbagai metode konseling, pendekatan terhadap anak dan juga mekanisme penyelesaian kasus di sekolah yang selalu mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.
“Media belajar terbitan PKPA seperti ular tangga, flipchart, dan modul Kespro bagus untuk digunakan dalam pendidikan ini,” imbuh Junita Lase, seorang guru SMA Negeri Unggulan Sukma, Nias.
Lebih lanjut, Manajer PKPA Nias Chairidani Purnamawati, pada sesi penutupan menekankan bahwa perlu ada perubahan respon yang lebih ramah dalam menyikapi setiap kasus yang dialami oleh anak. Pemberian sanksi berat, tidak selamanya memberikan efek yang baik bahkan dapat memberikan efek sebaliknya.
“Diharapkan guru yang telah mengikuti ToT ini mampu menjadi trainer untuk anak didiknya dan juga bagi guru – guru lainnya,” pungkas Chairidani. [KM-01]