MEDAN, KabarMedan.com | Mau menanam buah tapi bingung? Luangkan waktumu untuk singgah ke UPTD Benih Induk Hortikultura (BIH) Gedung Johor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (Sumut). Di lahan kantor yang berada di Jalan Karya Jaya V Kota Medan, bisa ditemukan berbagai jenis bibit tanaman hortikultura yang merupakan komoditas unggulan.
Untuk menemukan lokasinya tidaklah sulit. Mungkin banyak orang tidak menyangka bahwa di balik tembok putih yang tingginya sekitar dua meter itu, terdapat aneka tanaman buah yang potensial untuk dikembangkan karena bernilai ekonomis.
Padatnya lalu lintas dan bisingnya jalan, akan lenyap dan terlupakan ketika memasukinya. Pemandangan di kanan, kiri, depan dan belakang tertata dengan rapi aneka tanaman bunga, berbagai buah-buahan, pohon-pohon induk buah-buahan yang ditanam di atas lahan sekitar 4,6 hektare. Angin semilir membuat betah.
Aktifitas pekerja maupun siswa-siswa sekolah sekolah menengah atas yang sedang praktik kerja lapangan (PKL) mengisi tanah kompos ke dalam polibag menambah suasana seolah jauh dari kebisingan kota. Padahal, di luar tembok merupakan akses jalan dari Lapangan Udara Soewondo menuju Jalan Tritura yang cukup padat.
Beberapa tanaman yang dikembangkan maupun sebagai koleksi UPTD BIH Gedung Johor antara lain buah kuini barus, sawo asahan, pisang barangan, pisang kepok, bawang merah, buah naga merah hibrida yang bisa berbuah tanpa proses perkawinan.
Kemudian ada, belimbing pancur batu, alpukat idola, durian kani, durian bintana, durian otong, durian matahari, durian sunan, mangga malaba dan mangga kelong, jambu air madu deli hijau dan kesuma merah, jambu klutuk merah tanpa biji dari Thailand.
Masih ada kelengkeng Itoh, kelengkeng pingpong, kelengkeng merah, rambutan brahrang, duku tembung, cempedak sumana, sirsak ratu, manggis, rambutan rapiah, jambu bol, manggis, kurma, kentang, bunga krisan, berbagai jenis anggrek, dan lain sebagainya.
“Hal tersebut, sesuai dengan SK Gubsu No 061/452 k/2002, dimana tugas BIH Gedung Johor membantu Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut dalam perbanyakan bibit berkualitas, sekaligus membina secara teknis balai benih pembantu dan para penangkar,” jelasnya, Selasa (16/4/2019), di Medan.
Karenanya, tanaman yang dikembangkan BIH Gedung Johor adalah benih berlabel putih dan ungu. “Bedanya, benih berlabel putih merupakan keturunan pertama dari benih penjenis berlabel kuning. Benih ini diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara,” jelasnya.
Sedangkan benih berlabel ungu adalah keturunan benih berlabel putih. Benih ini diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang ditetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
“Benih berlabel ungu dikembangkan oleh penangkar dan hasilnya berlabel biru, disebut sebagai benih sebar. Benih inilah yang ditanam petani untuk menjadi produk konsumsi,” jelasnya.
Bahruddin mengatakan, selain benih yang dikembangkannya, Sumut sebenarnya sangat kaya dengan komoditas hortikultura yang spesifik lokasi, artinya unggul di daerahnya. Jika bisa dikembangkan dengan skala luas dan bisa beradaptasi di daerah lain, maka bisa diusulkan sebagai untuk pohon induk.
Dia mencontohkan, kuini barus yang berasal dari Barus, Tapanuli Tengah. Di daerah asalnya, kuini ini semakin ditinggalkan. Jika tidak diselamatkan, buah yang memiliki rasa manis, harum, daging bertekstur lembut dan tahan terhadap hama tersebut semakin menghilang karena perkembangan daerah yang ‘memaksa’ kuini barus ditebangi.
“Ada banyak lagi. Makanya kita harus bisa memerhatikan kekayaan alam kita, jangan sampai hilang baru kita merasa sayang. Sekarang, mau buah apa dan dari mana, kita punya banyak di sini. Kita harus mulai peduli terhadap kekayaan alam kita. Di sini tempatnya juga sangat menyenangkan,” katanya lagi. [KM-05]