MEDAN, KabarMedan.com | Meskipun tua, namun produksinya masih menjadi andalan. Begitulah komoditas kemiri Sumatera Utara (Sumut). Harganya yang tinggi menjadikannya sebagai komoditas potensial. Sayangnya, belum ada upaya pengembangan dengan tanaman baru. Di sisi lain, banyak pohon kemiri yang ditebang untuk diambil kayunya dijadikan bahan kayu sembarang.
Di Desa Kaperas, Kecamatan Kutambaru, Langkat, Atik mengatakan, kemiri adalah salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi masyarakat. Dia sendiri harus menempuh perjalanan selama satu jam dari rumahnya menuju ladangnya setiap dua hari sekali.
Hasilnya tidak menentu. Kadang dia bisa membawa pulang 2 karung goni ukuran 10 kg untuk sekali berangkat. Namun, di saat tertentu dia hanya bisa membawa 1kg saja. Dia pun harus mengumpulkannya selama dua Minggu lagi untuk menjualnya kepada pengumpul yang datang ke kampungnya.
“Harganya bisa sampai Rp35 ribu sampai Rp45 ribu/kg,” katanya, Senin (22/7/2019).
Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawaty, mengatakan, komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan ada 127 jenis sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dari 127 jenis tersebut, hanya ada 5 komoditas perkebunan yang menjadi prioritas, yakni kelapa sawit, kopi, tembakau, karet dan kakao.
Selebihnya, kata dia, belum ada perhatian khusus untuk mengembangkannya baik dari sisi luasan lahan ataupun produktivitasnya. Dengan demikian, tidak heran jika tanaman yang ada saat ini merupakan tanaman tua. “Sama seperti kemenyan. Kemiri merupakan tanaman hutan yang tumbuh sendirinya sejak lama. Masyarakat sendiri belum menanamnya secara khusus, apalagi untuk skala perkebunan yang lebih besar,” katanya.
Secara total luasan lahan kemiri mencapai 11.075 hektare dengan produksi sebanyak 12.564 ton. Dari 33 kabupaten/kota di Sumut hanya 15 kabupaten saja yang memiliki lahan tanaman kemiri. Dairi merupakan kabupaten yang memiliki lahan kemiri paling luas dan produksi tertinggi.
Dari data rekapitulasi statistik, luasan lahan kemiri di Dairi mencapai 4.015 hektare dengan produksi setahun sebanyak 7.161 ton. Setingkat di bawahnya, Karo memiliki lahan kemiri seluas 1.606 hektare dengan produksi 1.275 ton. Kemudian, Deliserdang mencapai 832 hektare dengan produksi 476 ton. Di Langkat, seluas 259 hektare dengan produksi 261 ton. Sedangkan yang paling kecil luasan lahan kemirinya, Kabupaten Padang Lawas, seluas 35 hektare dengan produksi 40 ton. [KM-05]