Harga Rendah, Petani Ubi Kayu Deli Serdang Lesu

DELI SERDANG, KabarMedan.com | Sarlito (42) tak begitu antusias ketika berbicara tentang harga ubi kayu. Dia sendiri sudah membiarkan ubinya mati dengan sendirinya daripada harus memanennya. Ongkos panen menurutnya lebih mahal daripada hasil jualnya.

Petani ubi kayu di Kecamatan Namu Rambe, Deli Serdang ini memiliki lahan 1,5 hektare dalam beberapa petak terpisah. Jika diperhitungkan dari usia tanamnya, saat ini seharusnya sudah memasuki masa panen sejak sebulan yang lalu.

“Untuk apa dipanen kalau ongkosnya lebih tinggi. Sekarang ini, harga jual hanya Rp600-700/kg. Bisa makan apa,” katanya, Senin (5/8/2019).

Dikatakannya, menurut informasi yang diperolehnya, pabrik hanya mau menampung ubi kayu paling tinggi Rp900/kg. Dengan harga tersebut, maka di tingkat petani selisih Rp200-300 lebih rendah. “Ini mirip beberapa tahun lalu. Banyak kami petani yang tak mau maneh,” katanya.

Selama ini, kata dia, ubi kayu miliknya dijual kepada pengumpul yang datang ke ladang kemudian membawanya ke pabrik di Kisaran dan Siborong-borong. “Kalau kami, mau dibawa kemanapun suka hati lah yang penting harganya layak lah,” katanya.

Hal serupa diungkapkan Jansen Ginting. Di lahan seluas 1 ha yang juga terpisah-pisah, hanya sedikit saja yang dipanennya untuk dijual ke pasar tradisional. Dengan begitu, dia tak banyak mengalami kerugian.

“Istilahnya, ruginya tidak banyak. Karena sebagian kecil masuk ke pasar tradisional,” katanya.

Menurutnya, rendahnya harga ubi kayu telah membuat para petani beralih ke tanaman lain. Ubi kayu yang dulunya bisa dijadikan sebagai komoditas utama, kini hanya sebagai tambahan saja. “Hanya untuk pembatas sawah, atau sayuran lain. Mau dipanen ambil, kalau tidak ya biarkan saja di situ,” ujarnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.