Arif Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit Merupakan Keharusan

TAPANULISELATAN, KabarMedan.com | Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Pada tahun 2017, luas lahan perkebunan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 5.381,75 Ha dengan produksi 55.509,50 ton per tahun.

Pesatnya pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit, merupakan suatu tantangan pembangunan, khususnya bagi kelestarian kawasan hutan. Sejalan dengan visi Pemerintah Daerah, Tapanuli Selatan yang maju berbasis sumber daya manusia pembangunan yang unggul, sehat cerdas, sejahtera serta sumber daya alam yang produktif dan lestari.

Pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berinisiatif membentuk forum kelapa sawit berkelanjutan yang bertujuan sebagai wadah koordinasi dan komunikasi SKPD terkait, pihak swasta, akademisi, dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk mewujudkan pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang arif bagi kelestarian ekosistem.

“Produksi kelapa sawit oleh petani di masyarakat sekitar 10-13 ribu ton per hektar dari potensi 24 ribu ton per hektar. Tantangan tata kelola budidaya kelapa sawit berupa penggunaan bibit, penggunaan pupuk, dan lokasi penanaman yang tidak tepat. Pada tahun ini, kami menjalin kolaborasi dengan Conservation International (CI) yang fokus untuk mencari solusi-solusi bersama mengatasi permasalahan khususnya bagi kebun-kebun masyarakat,” kata Ir. Saulian Sabbih, Assisten I Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sabtu (24/2/2018).

Baca Juga:  Deputi BGN Tinjau Dua Dapur Umum Program Makan Bergizi Gratis di Sergai

Ir. Ketut Sarjana Putra, MSc, Vice President Conservation International Indonesia mengatakan, UNDP (United Nations Development Program) bermitra dengan CI akan menjalankan program GGP (Green Growth Partnership). Dukungan produksi komoditas yang mengurangi kerusakan hutan, mendahulukan pendekatan terpadu rantai pasokan untuk mengatasi akar penyebab deforestasi dari komoditas kelapa sawit.

“Visi CI, alam yang lestari memberikan keuntungan bagi manusia yang tinggal di bentang alam tersebut. Pemilihan Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai lokasi program, salah satunya adalah karena adanya komitmen yang sangat tinggi dari pemerintah daerah,” ujarnya.

H. Syahrul M. Pasaribu, SH, Bupati Tapanuli Selatan mengungkapkan, bumi, air, dan seluruh kekayaan alam merupakan pinjaman dari anak cucu kita. Artinya, silahkan dimanfaatkan namun kenekaragaman hayati di dalamnya harus tetap terjaga.

“Tuntutan masyarakat yang semakin beragam, perlu diselaraskan dengan peningkatan pemahaman dan kepedulian berkebun kelapa sawit yang mengutamakan intensifikasi, bukan ekstensifikasi. Rencana program GGP yang akan dijalankan bersama dengan CI dan UNDP ini menerapkan pendekatan secara holistik yang akan dibahas melalui forum multi-pihak, sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif solusi terbaik,” ungkapnya.

Baca Juga:  Kejari Sergai Periksa Dua Saksi Baru Perkara Dugaan Penyalahgunaan Kredit Bank Plat Merah

Sebagai langkah awal, H. Syahrul M. Pasaribu menandatangani SK 188.45/92/KPTS/ Tahun 2018 tentang pembentukan forum multi-pihak kelapa sawit berkelanjutan. Di Provinsi Sumatera utara, Kabupaten Tapanuli Selatan adalah kabupaten pertama yang membentuk forum ini.

“Beberapa target yang akan dicapai bersama dengan forum ini, antara lain: penguatan kebijakan yang sudah ada, pelatihan bagi 700 orang petani, penerapan praktik perkebunan terbaik di kebun percontohon, serta mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi. Saya yakin, meskipun program ini merupakan program percontohan di Indonesia, namun melalui kemitraaan yang kuat akan menjadi pembelajaran bagi wilayah lain nantinya,” imbuh Iman Santoso PhD, Senior Terrestrial Policy Advisor Conservation International. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.