“Big Book” Mampu Picu Kemampuan Membaca Anak

Sejumlah akademisi dari Universitas Negeri Medan (Unimed) menilai Big Book yang dihasilkan guru-guru mitra USAID PRIORITAS. Program ini tengah gencar mempromosikan budaya membaca guna meningkatkan kemampuan literasi siswa di Indonesia.

MEDAN, KabarMedan.com | Kemampuan membaca siswa sekolah dasar di Indonesia rendah. Hasil penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada 2014, menempatkan Indonesia pada rangking 42 dari 45 negara yang berpartisipasi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, menyebut kemampuan membaca siswa Indonesia ketinggalan tiga tahun dari negara-negara lain. Pernyataan itu merujuk pada penelitian terbaru dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) bertajuk The 2015 Indonesia Economic Survey and Education Policy Review.

Akademisi Universitas Negeri Medan (Unimed) Dra. Rosmaini, M.Pd mengatakan rendahnya kemampuan membaca siswa sangat dipengaruhi metode pembelajaran yang dijalankan guru. Pada umumnya siswa kelas rendah di sekolah dasar diajar membaca dengan cara menghafal.

“Anak-anak kita tidak begitu kesulitan mengenali huruf, tapi kalau diminta memaknai isi bacaan, anak-anak kita biasanya lemah,” tutur Rosmaini, di Medan, Senin (30/3/2015).

Rosmaini mengatakan dibutuhkan perubahan metode agar bisa meningkatkan kemampuan membaca. Siswa harus diajar mengenali huruf, mampu membaca kalimat dan mengetahui maknanya sekaligus.

“Guru harus merancang media dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.  Untuk itu guru-guru harus terus diberikan pelatihan, motivasi dan fasilitas agar semakin kreatif dan inovatif,” tegasnya.

Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah memanfaatkan media buku besar (Big Book). Disebut Big Book karena ukurannya jauh lebih besar dari buku umumnya. Big Book beriisi kalimat-kalimat sederhana dan gambar-gambar yang mengilustrasikan isi kalimat.

“Karena tulisannya besar-besar dan standar untuk kelas awal, maka siswa jauh lebih gampang mengenali abjad, huruf dan kata,” tukas Rosmaini.

Lebih lanjut Rosmaini mengatakan setiap Big Book dirancang untuk punya satu tema cerita sendiri. Setiap cerita memiliki makna dan tujuan. Agar siswa mendapatkan makna bacaan, maka cerita di dalam Big Book dilengkapi dengan gambar. Desain gambar harus mencerminkan isi cerita. Selain itu gambar harus dibuat dengan warna dan bentuk yang menarik perhatian anak.

”Karena anak-anak lebih suka mendengar cerita, jadi Big Book bisa digunakan guru sebagai bahan bercerita sekaligus mengajari anak membaca,” terangnya.

Sementara itu, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara – Agus Marwan, mengatakan pihaknya tengah gencar mempromosikan program membaca kepada sekolah-sekolah mitra. Di tingkat sekolah dasar, USAID PRIRORITAS melatih ratusan guru agar mampu membuat Big Book.

“Big Book ditujukan memicu ketertarikan anak membaca di kelas awal. Jika dari awal, anak sudah senang membaca maka kemampuan membacanya juga meningkat, dan itu artinya prestasi belajarnya juga akan naik,” terang Agus.

Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) adalah program lima tahun yang didanai oleh United States Agency for International Development (USAID). Program ini didesain untuk membawa pendidikan berkelas dunia kepada banyak siswa di Indonesia.

Program ini diimplementasikan di Aceh, Sumut, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. Di Sumut USAID PRIORITAS bekerja di 15 kabupaten/kota (Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Tanjungbalai,  Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Sibolga dan Nias Selatan) dan 2 Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yaitu Universitas Negeri Medan dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.