MEDAN, KabarMedan.com | Akhir pekan lalu, cuaca panas menyengat. Dua anak kecil riuh di dalam Gereja Pentakosta Sion Indonesia (GPSI) Sinar Kasih di Jalan Karya pelita, Serawak 5, Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Mereka berlari dengan kaki, dan satunya lagi berjalan cepat dengan lututnya.
Tak lama kemudian, pria dan perempuan paruh baya keluar menyapa dan mempersilakan masuk. Keramahtamahan terpancar dari wajahnya. Begitupun kedua anak itu. Satu persatu menyapa dengan wajah berseri-seri. Mereka adalah kakek, nenek dan kedua cucunya, laki-laki dan perempuan. Mereka tinggal di gereja itu. “Tamu kakak Chelsea, tamu kakak Chelsea,” ujar anak laki-laki itu dengan tawa dan diikuti oleh anak perempuan kecil.
Perempuan itu bernama M. bru Pakpahan (52). Bersama suaminya, Pdt. H. Tinambunan dia dengan penuh kesabaran merawat dan menjaga kedua cucu pertamanya, Chelsea Gracia Manulang (5) dan Luis Manulang (4). Dijelaskannya, dia merawat keduanya sejak pertengahan Agustus 2020. Sebelumnya, keduanya dirawat oleh ibunya, Elshadai Tinambunan yang saat itu sempat bekerja di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Dia menjemputnya seorang diri. Dengan berbagai kesulitan mulai dari uang untuk biaya berangkat dan pulang. Dia meminjam uang ke sana kemari. Dia membawa ransel besar berisi barang-barang milik dua cucu tercintanya. Dia harus menggendong Chelsea dengan kondisinya mengalami kelainan tulang langka dan harus tetap mengawasi aktifnya sang adik. “Puji Tuhan, pertolongan Tuhan itu selalu ada untuk hamba-Nya,” katanya.
Dijelaskannya, dia menjemput kedua cucunnya karena situasi pandemi membuat perekonomian anaknya sulit. Ditambah lagi, ayah Chelsea sudah tidak lagi tinggal bersama di Jakarta, melainkan pindah ke Semarang. Begitupun, orang yang biasanya menjaga cucunya juga pulang karena harus menjaga orangtuanya. “Dengan situasi begitu, makanya kami ambil bagian untuk merawat cucu kami ini. Karena kalau tidak ada yang jaga di sana, tak mungkin mamanya tak kerja,” katanya.
Bukan perkara mudah untuknya yang sudah berumur di atas 50 tahun untuk membawa dua cucunya sendirian. Dia harus berangkat pagi-pagi sekali untuk persiapan dari Jatinegara menuju Cengkareng. Dia mengaku sempat risau ketika menggendong Chelsea dan mengikuti aktifnya Luis. Sepanjang perjalanan dia selalu berrdoa agar diberi kekuatan. “Puji Tuhan, saat di pesawat, keduanya tidur. Kalau tidak entah bagaimana. Setibanya di gereja ini, saya menjerit dan menangis ke kakek orang ini, oh Tuhaan terima kasih,” katanya.
Dia lalu menunjukkan kondisi tubuh Chelsea. Kedua lututnya tidak bisa lurus lantaran dan kecil. Begitupun jari jemarinya. Sedangkan tulang di badannya berbeda serta ada tonjolan di bagian punggung. Dikatakannya, menurut dokter dengan struktur tulang demikian dan dada yang kecil membuat Chelsea kesulitan bernafas dan menelan. “Sering sesak kalau suhu panas, makanya dia harus ada kipas angin atau AC. Tersayat hati saya kalau dia mengeluh sakit atau menangis, karena pasti lama redanya,” katanya.
Dengan kondisi Chelsea yang demikian, dokter menyarankan agar selalu diberi susu yang berkualitas baik. Tentu saja harganya mahal. Susu yang diberikannya adalah Pediasure Complex. Harganya di atas Rp 300.000 untuk ukuran 840 gram yang akan habis dalam waktu paling lama 3 hari. Menu makanan Chelsea berupa wortel, brokoli, ikan, kentang dan lainnya yang harus diblender sampai halus seperti susu.
“Kalau dia makan sampai 2 jam. Merawat dia memang asli, habis waktu untuk dia aja. Dia sulit untuk menelan karena dadanya ini kan kecil. Jadi paru-paru dia ini, apa. Penerimaan untuk makan dia juga kecil kali. Kalau dikasih makan harus sedikit-sedikit dan encer, biar bisa masuk,” katanya.
Sudah teramati sejak dalam kandungan
Dijelaskannya, kondisi fisik Chelsea mengalami kelainan tulang sejak masih di dalam kandungan. Namun, ibunya tetap bersyukur apa yang diberikan Tuhan. Sang ibu, Elshaday Boru Tinambunan, tetap memperjuangkan Chelsea untuk lahir meski telah disarankan untuk digugurkan saat di dalam kandungan. “Kakak cita-citanya mau jadi dokter,” ujar Chelsea tiba-tiba menyela disebut nama ibunya.
Hingga saat ini, Chelsea terlihat sehat dan aktif bermain mobil-mobilannya dan unta plastik miliknya. Dia hafal hitung-hitungan dengan bahasa Inggris dan juga hafal huruf abjad. Meskipun dia tidak bisa berdiri tegak, dia lincah berjalan ke sana kemari dengan lutut kecilnya yang terdapat luka-luka karena goresan di lantai. Selaput di bawah lututnya tidak bisa membuka seperti normalnya.
Dijelaskannya, Chelsea adalah anak yang ramah. Kepada siapapun dia selalu senyum dan berkali-kali mengajak tos. Keceriaan anak-anak terlihat di wajah Chelsea meskipun ia tak menyadari adanya kondisi berbeda di dirinya. Chelsea juga kerap mengajak tamu yang datang untuk berkomunikasi dengan dirinya.
“Saya yakin dan percaya. Tuhan pasti memberikan mukjizat kepada keluarga kami. Karena Tuhan tahu mana yang terbaik untuk kami. Dan kami yakin itu,” katanya.
Dalam segi perobatan M Boru Pakpahan menuturkan bahwa untuk di Indonesia, belum ada yang mampu menangani kasus yang dialami cucunya itu. “Saya rasa di Indonesia belum mampu. Karena menurut informasi yang saya cari-cari, baru negara Jerman yang mampu mengobati cucu saya. Namun kan biayanya tidak sedikit. Untuk sehari-hari saja terkadang memiliki kendala. Apalagi untuk berobat ke Jerman sana,” ucapnya.
Senyum Luis berubah menjadi redup ketika mengetahui ‘tamu Kak Chelsea’ pamit pulang. Dia enggan diajak tos sebagaimana sebelumnya. Menurut sang nenek, Luis selalu begitu ketika ada tamu yang datang lalu pergi. “Dia ini juga periang. Dia sedih kalau ada orang yang datang, lalu pulang. Ekspresinya berubah begini untuk menutupi sedihnya. Karena selalu setelahnya dia akan bilang, sedih ditinggal,” ujarnya. [KM-05]