LANGKAT, KabarMedan.com | Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi akan terus memacu produksi jagung Sumut. Menurutnya jagung memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian Sumut dan mensejahterakan petani.
Sumut diprediksi mampu memproduksi jagung sekitar 1,7 juta ton dalam satu tahun dengan luas lahan 284.549 Ha.
Sampai saat ini menurut Edy Rahmayadi usai acara Panen Jagung Nusantara di Desa Namoukur Utara, Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, produksi jagung di Sumut kurang lebih mencapai 1 juta ton dan masih surplus 35.986 ton.
“Indonesia masih butuh jagung dalam jumlah yang besar, kita upayakan sebagian dipenuhi Sumut. Tahun depan kita juga rencanakan pembangunan pabrik pakan ternak ssehingga kebutuhan jagung akan meningkat. Kita perlu pacu produksi jagung kita, ujar Edy Rahmayadi, Kamis (30/9/2021).
Saat ini, rata-rata petani di Sumut mampu memproduksi tujuh sampai delapan ton jagung per Ha. Ke depannya Edy berharap produksi jagung Sumut mampu mencapai 10 ton per Ha.
“Kalau di Namoukur itu luas lahannya sekitar 540 Ha, jadi bisa memproduksi kurang lebih 4.300 ton. Kita upayakan ke depan bisa 10 ton per Ha karena itu kita perlu dukung petani, mengetahui kesulitan mereka. Tanah kita ini subur, saya rasa itu bisa kita capai,” paparnya.
Panen Jagung Nusantara sendiri merupakan kegiatan memperingati Hari Tani Nasional. Kegiatan ini dilakukan serentak secara virtual dari berbagai daerah penghasil jagung di Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghadiri kegiatan ini dari desa sentra jagung nasional Banjarsari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Limpo mengatakan Indonesia harus mampu mengekspor jagung karena saat ini masih surplus dan dengan kualitas yang baik. Dia juga berharap tidak ada produksi jagung di bawah 6 ton per Ha karena itu akan sangat merugikan petani.
“Komoditi ini harus kita pelihara, dia bisa mendongkrak perekonomian kita. Jangan ada yang di bawah 6 ton produksinya, kalau ada berarti ada masalah di sana, Bupati, Gubernur lapor saya apa masalahnya, kalau anak buah saya yang main-main kita tindak,” terang Limpo dari desa Banjarsari melalui video teleconference.
Sementara itu, salah satu petani Desa Namoukur, Jasanoto Sembiring saat dialog langsung dengan Gubernur menyampaikan keluh kesah petani di desanya.
Dia dan teman-teman sempat kesulitan bertani karena ketersediaan pupuk yang tidak konsisten. Ada juga permasalahan benih yang kualitasnya tidak merata dan alat sistem pertanian (alsintan) yang kurang jumlahnya.
Kurangnya alsintan di daerah ini mengganggu sistem irigasi yang sudah di susun masyarakat karena keterlambatan masa tanam.
Bila ada satu desa yang terlambat melakukan penanaman benih maka akan tumpang tindih dengan desa yang lain sehingga jatah air irigasi untuk satu desa harus di bagi untuk dua desa.
“Ada teman kita yang sewa lahan, katanya pupuk aman, nyatanya pas dia mulai tanam pupuk sulit. Ada juga bantuan bibit yang kualitasnya tidak merata, ada bagus ada tidak dan satu lagi alsintan kita yang kurang jumlahnya. Tetapi syukur, Pak Gubernur mau mendengarkan kita dan sudah dijawab. Mudah-mudahan segera terlaksana,” kata Jasanton kepada Edy Rahmayadi. [KM-07]