DELI SERDANG, KabarMedan.com | Kekhawatiran akan semakin banyaknya yang menebangi pohon durian membuat Ismail Ginting kukuh untuk tetap fokus terhadap buah yang dijuluki dengan king of fruit ini. Menurutnya, anak cucu di masa depan harus tetap bisa melihat pohon durian dan merasakan kelezatan buah yang semakin banyak digemari masyarakat ini.
Apalagi, kata dia pohon durian, bisa tumbuh di hampir seluruh di wilayah Indonesia. Dikatakannya, masih banyak durian yang memiliki kualitas baik namun belum diidentifikasi. Sifat-sifatnya yang unggul harus bisa dimaksimalkan sehingga banyak yang merasakannya. Durian-durian lokal tersebut yang digunakannya sebagai batang bawah.
“Jangan sampai hilang, makanya saya buat penangkaran ini. Ini salah satu cara agar tetap lestari,” katanya, Rabu (10/4/2019).
Dikatakannya, durian lokal juga masih sangat banyak yang diidentifikasi. Jumlahnya lebih banyak dari yang sudah dikenal keunggulannya oleh masyarakat kebanyakan. Sebagian dari yang sudah dikenal di antaranya sikesip, kucing titun, musangking, siginting, sikapal, pelangi. Selain itu, ada juga yang mengenalnya berdasarkan rasa. Misalnya, durian Bahorok, Talun Kenas, Sidikalang, Aceh, dan lain sebagainya.
Durian-durian lokal umumnya memiliki daging yang tipis dan tidak memenuhi kriteria sebagai durian unggul. Biarpun demikian, dalam pelestarian durian melalui pembibitan, penangkar menjadikan batang bawahnya dari durian lokal. Sedangkan untuk batang atas disambung dengan durian unggul. Dalam pertumbuhannya, durian lokal dan durian unggul memiliki perannya masing-masing yang menentukan karakteristik buah yang dihasilkannya.
Penggunaan durian lokal sebagai batang bawah dikarenakan, bijinya lebih besar dan lebih tahan terhadap serangan hama ataupun jamur. Selain itu, batangnya juga lebih kokoh. Kelebihan tersebut tidak dimiliki durian unggul yang memiliki biji kecil bahkan ada yang kempes. Begitu juga dengan batangnya, kurang memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan jamur.
“Sehingga, kalau menyambung, batang bawah durian lokal atasnya durian unggul, sambungannya tinggi, yang penting tidak terkena cipratan air hujan yang bisa menyebabkan sambungannya diserang jamur,” katanya.
Dari pengalamannya selama bertahun-tahun, Ismail sudah berkali-kali bereksperimen dalam teknik menyambung. Awalnya, menyambung pada batang bawah, namun karena rentan diserang jamur, ia lalu menyambungnya pada batang atas, yakni lebih tinggi, sekitar 15 cm – 20 cm di atas tanah. Kemudian, dirinya mulai berinovasi dengan menambahkan batang bawah.
Jika umumnya pembibitan, hanya dengan 1 batang bawah, sejak 7 tahun yang lalu, Ismail membuat sensai dengan menambah 2 batang bawah lagi, sehingga untuk 1 batang bibit durian unggul, ditopang dengan 3 kaki. “Awalnya cuma buat yang kaki 3, belakangan saya sudah buat dengan kaki 9 bahkan kaki 11,” katanya.
Penambahan kaki tersebut, kata dia, untuk memacu pertumbuhan tanaman lebih cepat daripada 1 kaki. Pasalnya, semakin banyak asupan nutrisi yang diserap tiap batangnya akan mempercepat pertumbuhan batangnya. “Kalau biasanya untuk mencapai tinggi 1,5 meter – 2 meter, butuh waktu 2 – 3 tahun, dengan 3 kaki atau lebih, itu bisa dicapai dalam waktu setahun saja,” katanya.
Di BIH Gedung Johor terdapat 4 varietas durian (durio zibethinus) benih pokok. Tiga varietas yakni durian sunan (6 batang), matahari (6 batang), otong (3 batang) ditanam di tahun 2006. Sedangkan durian varietas bintana (4 batang) ditanam di tahun 2014. Durian sunan berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Sedangkan durian matahari berasal dari Jawa Barat. Nama varietasnya menunjukkan warna buah durian yang berwarna kuning keemasan, menyerupai matahari.
Kemudian durian otong atau juga disebut durian monthong merupakan varietas berasal dari Thailand. Dan terakhir durian varietas bintana, merupakan durian unggul asal Deli Serdang yang rasanya menyaingi durian asal Malaysia dan Thailand. Tidak hanya pohon induk yang ada di lahan seluas 4,6 hektare milik UPTD BIH Gedung Johor. Di sini, beberapa pekerjanya juga merawat benih durian. Rabu sore kemarin, tiga orang pekerja tampak sibuk menyirami benih durian dan menyapu dedaunan kering. “Kita rutin merawatnya. Setiap hari harus dilihat dan disirami. Perawatan rutin ini harus dilakukan agar pertumbuhannya maksimal,” katanya.
Menurut Kepala UPTD BIH Gedung Johor, Baharuddin Siregar pihaknya menanam berbagai jenis tanaman hortikultura sebagai penyedia benih berlabel putih dan ungu. Ada perbedaan antara benih berlabel putih dan benih berlabel ungu. Benih berlabel putih merupakan keturunan pertama dari benih penjenis berlabel kuning. Benih ini diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Sedangkan benih berlabel ungu adalah keturunan benih berlabel putih.
Benih ini diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang ditetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Benih berlabel ungu dikembangkan oleh penangkar dan hasilnya berlabel biru, disebut sebagai benih sebar. Benih itulah yang ditanam petani. [KM-05]