Sementara itu, salah seorang warga Dusun Sentang, Budi Santoso mengungkapkan, krisis air di kampungnya memang cukup parah, tak sedikit yang didera penyakit bahkan tak mustahil setiap musim kemarau panjang datang bisa merengut korban jiwa.
“Pernah seorang balita meninggal akibat terinfeksi sumber air tak layak saat persalinan. Kita tidak ada pilihan air lain selain air dari sungai dan paluh buatan yang kualitas airnya sangat buruk,” ucapnya.
Pada saat musim kemarau seperti saat ini, lanjut Budi, air yang bersumber alternatif memiliki sifat yang sangat mengganggu.
“Saat ini kondisi air warna coklat kehitaman. Kalau digunakan untuk cuci tangan dan mandi, warnanya langsung melekat di kulit. Untuk cuci pakaian, kain berubah warna. Untuk berwudhu, mata pedih,” paparnya.
Baca Halaman Selanjutnya