MEDAN, KabarMedan.com | Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sumatera Utara menggelar seminar nasional dengan tema serius tapi santai, “Bincang-bincang Islam Nusantara: Paham, Aliran Atau Gagasan?”, Sabtu (18/8/2018).
Seminar yang digelar di Hotel Madani, Medan menghadirkan pembicara nasional, Prof Dr KH Ahmad Baso MA, penulis buku Islam Nusantara dari Lakpesdam PBNU.
Acara juga dihadiri oleh Ketua ISNU Sumut Dr H Nispul Khoiri MAg, Ketua FKUB Sumut H Maratua Simanjuntak yang juga Mustasyar PWNU Sumut, Dekan FKM UIN Sumatera Utara, Dr Azhari Akmal Tarigan, dan Sekretaris Majelis Dzikir Hubbul Wathan Sumut, H Fadli Yasir SE MA, serta Wakil Ketua PWNU Sumut, Zainul Irfan Harahap.
Acara diawali dengan pertanyaan seputar kisruh Islam Nusantara yang berkembang dan meluas secara negatif di media sosial (Medsos).
Para peserta juga kebingungan dengan fakta di lapangan, karena ada masyarakat menganggap Islam Nusantara sebagai aliran baru yang sesat. Berbagai pertanyaan itu kemudian dijelaskan oleh Kiai Ahmad Baso.
“Islam Nusantara adalah Islam yang diperkaya dengan tradisi ke-Indonesiaan. Sejak pertama masuk ke Indonesia, para penyebar Islam mengakomodir sejumlah tradisi ke-Indonesiaan,” kata Prof Dr KH Ahmad Baso MA, penulis buku Islam Nusantara dari Lakpesdam PBNU.
Ia mengatakan, tradisi Islam Nusantara dipraktikkan sebagian besar rakyat Indonesia, seperti tradisi muludan, tahlilan dan lainnya.
“Islam Nusantara atau model Islam Indonesia merupakan suatu wujud empiris Islam yang dikembangkan di nusantara, setidaknya sejak abad ke-16,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Islam Nusantara merupakan hasil interaksi, konstektualisasi, indigenisasi, dan divernakularisasi terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal yang sesuai dengan realitas sosio-kultural Indonesia.
“Sederhananya adalah Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan ada istiadat lokal Indonesia dalam merumuskan fikihnya,” pungkasnya. [KM-03]