MEDAN, KabarMedan.com | Salah satu fungsi fotografi adalah dokumentasi. Artinya, satu frame foto dapat mengabadikan sebuah momen masa lampau untuk kembali dikenang di masa yang akan datang. Berdasarkan hal itu, fotografi juga banyak berperan dalam membuktikan sebuah otentitas sejarah sebuah bangsa dan perkembangan budaya.
Hasil dokumentasi fotografi itu dapat dipublikasikan dalam sebuah pameran untuk mendukung program atau kampanye tertentu. Fotografi juga dapat berperan dari sisi kemanusiaan. Misalnya untuk kampanye lingkungan hidup atau kegiatan kemanusiaan lainnya.
Pada 12 hingga 16 Agustus 2017 lalu, insan fotografi yang tergabung dalam Potret Masterclass yang didukung fotografer nasional telah mendokumentasikan kembali kehidupan masyarakat Batak tempo dulu dalam kegiatan bertajuk Batak 1900 Imagery; Land of The King di Bakkara, Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Kegiatan itu mengeksplor budaya, kekayaan dan keindahan alam Danau Toba dengan segala historinya. Karya foto itu akan dipamerkan di atrium utara Plaza Medan Fair pada 23 hingga 29 Oktober 2017, dalam sebuah kegiatan Charity Photo Exhibition “For Children with Cancer” Batak 1900 Imagery: Land of the King. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari 2nd Anniversary KafePotret dan ulang tahun Plaza Medan Fair ke-13 tahun.
Sekretaris Panitia Pelaksana Charity Photo Exhibition “For Children with Cancer” Batak 1900 Imagery: Land of the King, Andi Lubis mengatakan, karya foto ini pernah dipamerkan di Kafe Potret pada pertengahan sampai akhir Agustus 2017 lalu. Melihat tingginya animo masyarakat, maka foto-foto ini kembali dipamerkan, namun dengan konsep “charity” yang bekerjasama dengan Plaza Medan Fair dan Smiling Kid.
Andi menyebutkan, dalam pameran nanti setiap harinya juga akan diisi dengan talk show tentang dunia kreatif yang disampaikan oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya.
“Hasil penjualan digunakan untuk anak pejuang kanker melalui Smiling Kid, agar tetap ceria dan bahagia. Bahkan Potret Masterclass juga telah mendokumentasikan imajinasi anak-anak pejuang kanker ini sesuai dengan karakter super hero idola mereka. Kita mendapat kesempatan memamerkan karya fotografi, bekerjasama dengan Plaza Medan Fair dan Smiling Kid. Jadi dengan kegiatan ini, kita memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang budaya Batak sekaligus beramal untuk anak-anak pejuang kanker,” kata Andi, Jumat (20/10/2017).
Sementara, pembina kegiatan ini, Johnny Siahaan, juga mengisahkan kembali tentang pengambilan foto di Bakkara. Menurutnya, banyak alasan pengambilan spot foto di Bakkara. Selain karena sebagai tanah kelahiran Raja Sisingamangaraja I-XII, di Bakkara juga masih banyak ditemukan rumah adat Batak, situs budaya masa silam dan kehidupan tradisional.
“Bakkara menyimpan banyak sekali potensi pariwisata yang tidak banyak diketahui khalayak ramai. Alamnya indah dan kita juga bisa temukan situs peradaban kuno, seperti gerbang batu dan situs megalit. Nah, kita juga bisa menapak tilas jejak leluhur Batak, termasuk Raja Sisingamangaraja I-XII,” ujar fotografer professional ini.
Salah satu spot yang sangat menarik di Bakkara, kata Johnny, adalah situs Gua Tombak Sulu-sulu. Tempat ini dianggap sakral oleh masyarakat setempat karena dipercaya sebagai tempat berdiamnya Boru Pasaribu, ibu dari Sisingamangaraja I. Menurutnya, pengambilan foto di sini cukup sulit karena guanya sangat sempit, minim cahaya, medan yang berbatu tajam serta nuansa spiritual.
“Tapi begitulah cara kami merekonstruksi kehidupan masyarakat Batak masa silam. Dan menurut saya, inilah pertama kali kehidupan masyarakat Batak tempo dulu difoto ulang dengan berbagai settingan agar menyerupai kehidupan lampau. Jadi yang ingin kita sampaikan adalah bahwa beginilah kira-kira kehidupan masyarakat Batak dulunya,” pungkasnya. [KM-03]