Mayjen Edy Rahmayadi Akhiri Kunker Sebagai Pangdam di TPL

Pangdam I BB Mayjen TNI Edi Rahmayadi didampingi istri bersalam komando dengan dirut TobaPulp Mulya Nauli disaksikan Juanda Panjaitan (Kiri) dan manajer humas Tagor Manik (belakang)

PARMAKSIAN, KabarMedan.com | Mayjen TNI Edy Rahmayadi, mengakhiri rangkaian kunjungan kerja terakhirnya selama tiga hari 27 hingga 29 Juli sebagai Pangdam-I/Bukit Barisan di kawasan Danau Toba, dengan persinggahan terakhir di industri pulp TPL di Parmaksian, Tobasamosir, Rabu (29/7/2015).

Edy, “anak Polonia, Medan,” memulai tugas sebagai Pangdam I/Bukit Barisan Januari tahun ini, dan hanya dalam waktu enam bulan kemudian menerima tanggung jawab baru dan lebih besar sebagai Panglima Kostrad dari Jenderal Mulyono yang sudah lebih dulu dilantik menjadi Kasad.

Edy (54), mengawali karir militernya di Kopassus (1985), tetapi kemudian sampai 1993 melanjutkan pengabdiannya di Kostrad, mulai dari jabatan Danton hingga Dan Yonif. Belakangan, tahun 2014, ia bahkan menjadi Pangdiv-1.
Penggantinya sebagai Pangdam-I yang membawahi wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepri itu ialah rekan seangkatannya Mayjen TNI Lodewijk Pusung, yang –sebelumnya– juga suksesornya sebagai Pangdiv 1/ Kostrad.

Kisah Inspeksi

Pangdam tiba di Kompleks TPL pukul 15.20 WIB melalui jalan darat bersama rombongan. Durasi kunjungan hanya sekitar 40 menit, sebab atas pertimbangan cuaca helikopter yang menjemputnya bersama keluarga inti harus sudah mengudara paling lambat pukul 16.00 WIB.

Di hadapan jajaran manajemen TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) yang terdiri atas Mulia Nauli (Dirut), Juanda Panjaitan, Leonard Hutabarat (Direktur) dan beberapa manajer senior, Edy yang disertai Danrem 023/Kawal Samudera Kolonel Fachri, dan dua orang asisten Kodam, Kolonel Hari H (Operasi) dan Kolonel Mahmud R (Teritorial), membuka kembali kisah insepeksinya selama beberapa minggu bersama 3 kompi prajurit Yon Linud-100 (sekarang Yon Raiders) bermarkas di Namusira-sira, Binjai, di punggung pegunungan Bukit Barisan, atas perintah khusus Pangdam (waktu itu almarhum Mayjen TNI Ismet Yuzairi).

Baca Juga:  KAI Divre I Sumut Gelar Aksi Bersih Lintas di Sepanjang Jalur Medan-Bandar Kalipah

TPL –ketika itu masih bernama PT Inti Indorayon Utama– memang berdiri di salah satu lembah pegunungan Bukit Barisan, di tepi Sungai Asahan yang airnya mengalir sepanjang 150 km ke kota Tanjungbalai, atau kira-kita 7 KM dari hulu sungai di kota Porsea –salah satu tepian Danau Toba yang masyhur.

Saat itu, tahun 1998, adalah awal era reformasi Indonesia menggantikan pemerintahan Orde Baru. Euforia reformasi di seluruh tanah air memungkinkan siapa saja dapat berbicara bebas mengenai apa saja pada waktu kapan saja. TPL –satu-satunya industri pulp di Sumut dan didirikan pada era Orde Baru– termasuk yang tidak luput dari sasaran kritik dan hujatan publik.

Dalam merumuskan tindakan-tindakan efektif untuk menormalisasi kehidupan bangsa, para pimpinan negara (termasuk TNI) memerlukan informasi akurat berdasarkan fakta-fakta okyektif di lapangan mengenai “apa” dan “mengapa” rakyat bersuara keras atau bahkan marah. Khusus terhadap TPL sampai-sampai ada tuntutan tutup. Untuk mencari tahu “apa” dan “mengapa” itu Yon Linud melakukan penyisiran dari punggung Bukit Barisan.

Singkat kata, ekspedisi itu menghasilkan kesimpulan, salah satunya rupanya telah lama terjadi rasa tidak puas sebagian masyarakat sekitar terhadap cara-cara pengoperasian perusahaan, dan pergantian rezim pemerintahan menjadi momentum untuk menyuarakannya. Kesimpulan lain, ternyata sebagian sikap penentangan itu dilatarbelakangi hal-hal bernuansa politis. Dan, sebagian tuntutan yang disuarakan didalam negeri berkaitan dengan kepentingan-kepentingan di luar negeri.

Baca Juga:  Polres Serdang Bedagai Berikan Bantuan Kepada Korban Kebakaran di Teluk Mengkudu

Mandiri

Belajar dari historis masa lalu tersebut, serta untuk merespons arah pembangunan nasional dewasa ini dan ke depan, Pangdam menasehatkan agar TPL –dan dunia usaha pada umumnya– membangun secara mandiri kemampuan mengelola kebutuhan keamanannya dalam berinvestasi. Berbagai strategi tentu diperlukan, tetapi pada dasarnya dapat dipelajari untuk dicoba terapkan sesuai kebutuhan.

Salah satu cara yang lagi trend ialah menggalang kebersamaan dengan masyarakat di sekitar daerah-kerja perusahaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat (CD – commmunity development) atau tanggungjawab sosial perusahaan (CSR – corporate social responsibility). Normalnya, bila masyarakat sudah ikut memperoleh manfaat atas kehadiran suatu perusahaan, mereka akan menolak bila diajak berdemo atau menentang.

Untuk mendapatkan model-model strategi yang efektif untuk diterapkan secara mandiri, Pangdam mempersilahkan manajemen perusahaan meminta bantuan instansi keamanan yang sudah terlatih mengelola berbagai jenis krisis, seperti Kepolisian (sambil menunjuk kepada seorang Komisaris Polisi yang hadir dari Polres Tobasa) dan juga TNI (menunjuk Aster Kodam).

Ia berharap demi kemajuan bangsa akan semakin banyak investasi bisa berkembang dan memperoleh dukungan di tanah air. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.