Mengantisipasi Hama pada Tanaman Belimbing dengan Teknologi Tetes Air

DELI SERDANG, KabarMedan.com | Tanaman belimbing adalah tanaman yang membutuhkan pasokan air yang cukup. Karena ketersediaan air merupakan salah satu syarat untuk dapat menjaga produktivitasnya tetap tinggi.

Dengan menerapkan teknologi air tetes, Untung Jaya Meliala di Desa Namu Riam, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, dapat terus mengairi tanaman belimbing saat memasuki musim kemarau, begitu juga untuk menghalau serangan lalat buah.

“Teknologi air tetes ini dengan menggunakan pompa air. Kita tidak perlu lagi mengangkat air kemudian menyiramkannya, karena air bisa dikeluarkan melalui pipa-pipa kecil yang terpasang di dekat pohon langsung,” ucapnya, Sabtu (25/5/2019).

Ketersediaan air untuk pertumbuhan daun, bunga maupun buah sangat tergantung pada ketersediaan air dan akhirnya berpengaruh pada tingkat produktivitas buah.

“Maka itu teknologinya yang tepat guna adalah yang bisa menjawab permasalahan ini,” katanya.

Teknologi air tetes ini, diungkapkan Untung, terdiri dari pipa-pipa kecil yang terpasang di hampir seluruh pohon belimbing dan terhubung pada pipa besar yang mengarah ke bak besar berisi air di dekat sumur kecil.

Sumur terebut menyerap air untuk mengisi bak berukuran 2×2 meter. Dari bak terebut terdapat 2 pipa besar yang bercabang menjadi pipa-pipa kecil yang mengaliri ai ke tiap pohon.

Di ujung pipa tersebut terdapat lubang kecil yang berfungsi untuk menyiramkan air langsung ke pohon belimbing sehingga menjaga tanah tetap basah. “Pipa-pipa kecil itu hanya akan digunakan ketika kemarau saja,” katanya.

Mengenai penerapan teknologi air tetes atau air bertekann ini merupakan sumbangan pemerintah dari dana Bansos tahun 2011. Bantuan itu berupa pembuatan sumur, bak, pipa dan pengelolaan air lainnya.

Sedangkan serangan lalat buah yang dapat mengakibatkan buah menjadi busuk, Untung memasang alat bantu berupa botol air mineral yang di dalamnya berisi perangsang lalat untuk masuk ke dalam botol dan terperangkap di dalamnya tanpa bisa keluar lagi.

Dengan demikian sangat membantu petani mengurangi jumlah buah yang membusuk. “Lihat saja di dalam botol banyak lalat buah yang menjadi hama pengganggu, kalau idak dipasang, maka akan banyak buah yang afkir karena busuk atau tidak layak dijual,” katanya.

Dijelaskannya, hama lalat buah yang berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva.

Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran. merupakan hama yang sulit diberantas. Lalat yang telah berhasil menggigit buah akan menimbulkan luka pada buah sehingga buah menjadi rusak.

Lalat buah ( Bactrocera sp) adalah salah satu spesies sangat merusak tanaman manis, jambu air, jambu biji, mangga, nangka, semangka, melon, cabai, jeruk, apel dan sayur-sayuran. Selain itu, lalat buah juga menjadikan buah sebagai tempat mengembangbiakkan telurnya.

Di daerah tropis lalat buah mendapat gangguan iklim lebih kecil dibandingkan daerah lain, daerah sedang dan dingin. “Di dalam buah yang sudah terdapat luka hitam, biasanya ada 4 – 6 larva yang nantinya akan jadi lalat buah,” jelasnya.

Dengan begitu, selain menggunakan botol jebakan lalat buah, perlindungan berlapis juga harus dilakukan dengan cara sarungisasi atau pembungkusan buah menggunakan plastik dari ejak berukuran ibu jari sampai masa panen.

Ini dapat berhasil mengurangi tingkat kerusakan buah hingga dari keseluruhan panen selam setahun hanya 5 % yang rusak/afkir. “Padahal sebenarnya hanya sedikit saja yang rusak tapi untuk dijual ini sudah berkurang nilainya,” imbuhnya.

Di samping itu, cuaca ekstrim juga sangat mengganggu produktivitas buah karena terjadinya panas dan hujan yang tidak menentu dapat menjadikan daun menjadi kering dan bunga yang merupakan bakal buah rontok satu persatu.

“Cuaca dan iklim ekstrim yang sering berubah seperti sekarang ini tidak bisa dilawan, bagaimana caranya saya tidak tahu, tapi kalau di luar itu, misalnya kemarau, dan serangan lalat buah pasti ada caranya, paling tidak mengurangi sebisa mungkin,” ungkapnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.