MEDAN, KabarMedan.com | Pangdam I/BB Mayjen TNI Edy Rahmayadi dan Kapolda Sumut Irjen Pol Drs Eko Hadi Sutedjo SH MSi ditabalkan menjadi warga kehormatan Melayu. Penabalan ditandai dengan penyematan tekuluk, keris dan kain selempang kepada keduanya di istana Kesultanan Deli, Istana Maimoon, Jl Brigjen Katamso Medan, Minggu malam (6/4/2015).
Usai penabalan menjadi warga kehormatan melayu, pemangku adat kesultanan Deli, Serdang, Langkat, Asahan dan sejumlah pemangku adat kesultanan di pesisir pantai timur Sumatera melakukan prosesi tepung tawar.
Turut memberikan tepung tawar Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Ir H Tengku Erry Nuradi MSi, Walikota Medan H T Dzulmi Eldin MSi, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumut M Yusni SH Mhum, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB-MAMBI) Was Syaifuddin MA, Ketua Pengurus Daerah (PD-MABMI) Medan AKBP Drs Syafwan Khayat MHum, Wakil Ketua DPRD Medan dan sejumlah undangan lainnya.
Usai penabalan, Pangdam I/BB Mayjen TNI Edy Rahmayadi menyatakan, bangga menjadi warga kehormatan Melayu, suku yang tegar meski menerima perlakuan tragis dalam Revolusi Sosial tahun 1946 lalu.
“Hanya sedikit peninggalan kejayaan Melayu yang tersisa dari Revolusi Sosial. Salah satunya adalah Istana Maimoon, kerajaan Kesultanan Deli. Sebagian peninggalan kerajaan Melayu di pesisir pantai Sumatera, habis musnah. Begitu juga sejumlah Sultan dan keluarganya,” sebut Rahmayadi.
Rahmayadi juga berharap, kejayaan Melayu bangkit kembali menjadi satu kesatuan memperkuat NKRI. Istana Maimoon, merupakan peninggalan sejarah yang tidak ternilai harganya yang harus tetap lestari sebagai warisan budaya bangsa.
“Saya berharap Sultan Muda untuk kembali untuk membangun tanah Deli. Suatu saat nanti, saya akan menjemputnya dari Sulawesi agar Istana Maimoon yang dibangun tahun 1888 ini tetap lestari menjadi simbol kejayaan Melayu,” tambah Rahmayadi.
Hal senada, Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo juga mengaku bangga menjadi warga kehormatan Melayu, suku yang menjungjung tinggi adat istiadat, memiliki toleransi tinggi dalam sosial kemasyarakatan, suku pemaaf dan ramah.
“Hal yang sangat saya kagumi dari Melayu adalah kearifan lokalnya. Kearifan lokal ini menjadi perekekat kebersamaan bersama suku lain yang hidup berdampingan dengan harmonis. Ini suatu kekuatan yang dapat menangkal berbagai ancaman, baik yang dating dari dalam maupun dari luar,” sebut Eko.
Harmoniasi seluruh suku di Sumut, baik suku asli maupun suku pendatang, merupakan miniature Indonesia yang layak mendapatkan apresiasi.
“Saya sudah instruksikan kepada seluru Polres di wilayah kerja saya untuk membina kearifan lokal dan kebersamaan. Tujuannya untuk menangkal tindak kejahatan, tindak criminal dan bahaya narkoba. Saya juga yakin, kearifan local di Sumut juga efektif menangkal ancaman idiologis dari kelompok tertentu,” ujar Eko.
Sementara Wagub Sumut, Tengku Erry Nuradi menyatakan, dengan penabalan menjadi warga kehormatan Melayu, Pangdam I/BB dan Kapolda Sumut tidak hanya memiliki tanggungjawab menjaga keamanan dan kondusifitas di Sumut, tetapi juga diharapkan memperhatikan tingkat kesejahteraan masyarakat Melayu yang tersebar di pesisir pantai timur Sumatera yang kini hidup di bawah garis kemiskinan.
“Sebagian besar masyarakat nelayan di pesisir pantai timur Sumatera adalah nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari hasil laut. Hasil tangkapan ikan tidak menentu. Ini adalah tanggungjawab kita bersama untuk mengangkat taraf hidup mereka ke arah yang lebih baik. Demikian juga dengan masyarakat nelayan di pesisir pantai barat Sumatera,” sebut Erry. [KM-01]