MEDAN, KabarMedan.com | Peneliti di Afrika Selatan menemukan bukti bahwa dibandingkan varian lain, varian Omicron lebih mudah menginfeksi kembali penyintas COVID-19 atau orang yang sudah pernah terkena virus tersebut.
Varian Omicron saat ini mendominasi jenis virus COVID-19 di Afrika Serikat. Sebanyak 74 persen sampel virus merupakan varian Omicron.
Demikian, peneliti menyebut diperlukan lebih banyak data untuk mengetahui pengaruh varian Omicron terhadap infeksi ulang.
“Waktu perubahan ini sangat menunjukkan bahwa mereka didorong oleh munculnya varian Omicron,” ujar para peniliti
Peneliti dari Universitas Stellenbosch, Juliet Pulliam mengatakan, bertentangan dengan harapan dan pengalaman, kami sekarang mengalami peningkatan risiko infeksi ulang yang melebihi pengalaman sebelumnya.
Hasil ini diketahui setelah peneliti menganalisis laporan infeksi yang mencakup 2,7 juta orang di Afrika Selatan sejak awal pandemi, termasuk lebih dari 35 ribu orang yang didiagnosis COVID-19 lebih dari sekali.
“Kami mengindetifikasi 35.670 orang dengan setidaknya dua dugaan infeksi pada November 2021, 332 orang dengan dugaan infeksi ketiga, dan 1 orang dengan empat dugaan infeksi,” tulis peneliti dalam laporan. Penelitian ini belum memasuki tahapan peer-review atau diulas rekan lainnya.
Kemudian, pada individu yang terinfeksi lebih dari satu kali, sebnayak 47 atau 14,2 persen mengalami infeksi ketiga pada November 2021.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak infeksi ketiga terkait dengan penularan varian Omicron,” kata peneliti.
Bukti bahwa tingkat populasi menunjukkan bahwa varian Omicron dikaitkan dengan kemampuan substansial untuk melawan kekebalan dari infeksi sebelumnya. Sebaliknya, tidak ada bukti epidemiologis di seluruh populasi tentang perlepasan kekebalan yang terkait dengan varian Beta atau Delta.
Para ahli menilai temuan ini mungkin berarti infeksi alami tidak akan membantu membangun kekebalan kelompok. [KM-103]