JAKARTA, KabarMedan.com | Ada dua fase berbeda bagi para pelaku trading di bulan Juni – sebelum dan sesudah keputusan Komite Federal Pasar Terbuka terkait suku bunga pada pertengahan bulan. Dollar Amerika bergerak ke level lebih tinggi dibanding Euro pada dua minggu pertama, dari 1.1110 menjadi 1.1400 akibat ketakutan investor atas krisis hutang Yunani dan peningkatan antisipasi pengumuman suku bunga FOMC pada 17 Juni 2015.
Dilanjutkan dengan pengulangan posisi pasif FOMC atas kenaikan suku bunga Amerika sambil mempertahankan suku bunga di catatan terendah, 0,25%. Ini mengecewakan para pelaku trading yang membuat penurunan pada kekuatan Dollar Amerika dan peningkatan Pound Sterling, Euro, serta harga emas.
Selanjutnya, negosiasi panjang Yunani terhadap para kreditor bahkan tidak dapat membuat pergerakan pada Euro dan Poundsterling, dan pada minggu terakhir Juni, timbul harapan setelah proposal reformasi baru Athena untuk Eurogroup.
Rupiah Indonesia (IDR) diprediksi akan mengalami nilai rendah 13145.2 dan nilai tinggi 1,3398.0 terhadap Dolar Amerika akibat adanya tantangan dalam pertumbuhan ekonomi dan naiknya angka pengangguran, di samping isu kronis terkait inflasi. Bulan Juni, pemerintah Indonesia mengumumkan kebijakan fiskal untuk mendongkrak perekonomian, seperti pelonggaran pajak pada barang mewah.
“Rupiah Indonesia masih terus berhadapan dengan tekanan berat dan akan terus menurun. Sementara mayoritas pasar mata uang menghadapi tekanan karena prediksi suku bunga Amerika, Rupiah terkena dampak ganda akibat penurunan pada harga minyak mentah. Laporan GDP juga kehilangan ekspektasi dan bukan hanya akan memunculkan antisipasi bahwa bank Sentral harus meringankan kebijaksanaan moneter, tapi para investor akan merasa ragu dengan melemahnya harga jual,” kata Kepala Analis Pasar FXTM, Jameel Ahmad, dalam siaran pers yang diterima KabarMedan.com, Selasa (14/7/2015).
Poundsterling memulai bulan ini pada level 1,535, dan pada 18 Juni meningkat ke 1,594. Pengamatan dari dekat menunjukkan kenaikan 600 pips terhadap Dollar Amerika yang disebabkan sikap biasa atas pemulihan ekonomi Amerika pada tanggal 17 Juni. Ini berakibat penurunan 100 pips, namun pergerakan tetap impresif walaupun mengingat kondisi ekonomi di Inggris, termasuk adanya deflasi.
“Nilai Dollar secara umum memberikan peluang arah untuk Pound selama Juni dan dengan sentimen yang lemah terhadap Dollar, ini menginspirasi pelaku trading GBPUSD untuk berlomba kencang. Di saat GBPUSD berhasil meraih nilai tertingginya sepanjang tahun di level 1.5929, tidak ada pembenaran untuk pasangan mata uang ini dibeli dalam jumlah besar karena kenaikan suku bunga Inggris masih berjarak setahun lagi. Sewaktu para pelaku sadar akan ini, mereka menikmati kesempatan lomba penjualan dan saya tidak akan kaget bila GBPUSD akan berakhir di nilai sekitar 1.56 pada bulan ini,” jelas Jameel.
Emas menjadi tajuk lainnya di Juni, dengan mengalami kenaikan harga walaupun nilai Dollar Amerika melemah. Dampak dari pelaku trading FOMC tidak dapat diremehkan; pada 17 Juni, emas menempati level 1,175 USD per troyounce. Pada hari berikutnya meningkat ke 1,201 USD per troyounce, sekali lagi menunjukkan nilainya sebagai safe-haven walau nilai USD menurun.
“Nilai USD akan rentan menghasilkan keuntungan selama kuartal kedua 2015 karena pasar merasakan sensasi berlebih terhadap ekspektasi atas suku bunga Amerika dan Federal Reserve tidak akan bergegas menaikkan suku bunga Amerika. Beragam sentimen terhadap USD adalah berita baik untuk pelaku trading emas dan mereka menikmati membeli logam ini untuk pertukaran jangka pendek. Dengan itu, kita memasuki kuartal di mana saya harap Federal Reserve akan mulai meningkatkan suku bunga dan ini berarti kesempatan bagi komoditi emas untuk menjadi lebih terbatas,” imbuh Jameel.
Pada bulan Juli diprediksi sistem upah Non-Pertanian Amerika akan memberikan laporan pada Jumat pertama bulan tersebut, dan indikator utama ini dapat memberikan peluang bagi USD untuk kembali menguat, bila nilainya lebih baik dari ekspektasi. [KM-01]