MEDAN, KabarMedan.com | Datuk Sri Lelawangsa, Syamsul Arifin berharap, semua pihak khususnya alumni KNPI dapat bersama-sama menjadikan Pilgub Sumut 2018 menjadi lebih baik
Selain itu, katanya, tidak menimbulkan konflik apalagi berbau SARA. Sebab, banyak bangsa yang menginginkan Indonesia terpecah belah, terlebih Sumut merukan salah satu miniatur Indonesia.
“Kita harus selalu mengimbau agar masyarakat untuk ikut Pilkada. Saya berharap minimal 60 persen masyarakat (pemilih) datang ke TPS,” kata Syamsul Arifin dalamdorasi kebanggaan dan pengukuhan DPP IKA KNPI Sumatera Utara, di Hotel Polonia Medan, Sabtu 24 Februari 2018 malam.
Hadir Ketua DPRD Sumut Wagirin Arman, anggota DPD RI, Dedi Iskandar Batubara, mantan Ketua Umum KNPI Didit Hariadi, para alumni KNPI Sumut, seperti Rolel Harahap, Bahdin Nur Tanjung, Yasir Ridho dan Firdaus Nasution.
Syamsul Arifin juga mengajak, seluruh mantan kader untuk ikut bekerjasama menjadikan Sumut maju dan diperhitungkan.
Sebab, tidak ada pengabdian yang pensiun, meskipun tidak lagi duduk di organisasi kepemudaan tersebut. Apalagi, katanya, banyak tokoh yang menduduki posisi penting hingga menteri seperti Boomer Pasaribu.
“Karena urusan rakyat ini tidak banyak, pertama tidak lapar, tidak bodoh dan tidak miskin dan punya masa depan,” ujarnya.
Mantan Ketua Umum KNPI, Didit Hariadi, mengisyaratkan betapa pentingnya memperhatikan perkembangan generasi muda saat ini.
Sebab, secara tidak langsung generasi Indonesia dibagi menjadi tiga waktu, Pertama, generasi X yang lahir antara 1965-1980, dimana kehidupan di masa itu penuh keteraturan.
Selanjutnya, generasi Y yang lahir antara 1980-1995 atau generasi Milenia. Masa ini mulai dipengaruhi globalisasi, ideologi luar dan mulai ada identifikasi diri.
Serta generasi Z yang lahir antara 1995-2012 yang harus diwaspadai. Sebab, disatu sisi ada potensi membangun bangsa yang besar sekaligus juga bisa menghancurkan.
“Dulu kita tidak pernah tanya suku dan agamanya apa, semua satu, pemuda Indonesia, dibentuk dalam satu kesatuan. Tetapi sekarang, zaman serba digital. Jadi kita harus keras membimbingnya. Karena mereka kuasai teknologi, terbuka dan tidak mengindahkan norma,” jelasnya.
Didit meminta seluruh Alumni (IKA) KNPI bertugas untuk menjaga nilai kebangsaan. Pasalnya, belakang ini orang tidak lagi bicara cinta tanah air, membangun bagaimana masyarakat maju, paham kebangsaan dan semangat.
“Ini harus menjadi keprihatinan kita, karena generasi baru ini adalah tajam, kalau tidak kita jaga, maka akan jadi kaum ‘onta’, otak nihil tanpa akal,” pungkasnya. [KM-03]