USAID PRIORITAS Latih Dosen Dari Enam LPTK Untuk Perkuat Literasi

Wakil Rektor (WR) I Unimed Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd menyampaikan pentingnya literasi sebagai kebudayaan kepada 68 peserta Pelatihan Pedagogi bagi Dosen LPTK. USAID PRIROITAS melatih enam LPTK di Sumut untuk meningkatkan mutu pendidikan

MEDAN, KabarMedan.com | USAID PRIORITAS kembali melatih 68 dosen dari 6  LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) di Sumut. Keenam LPTK yang terlibat adalah Universitas Negeri Medan (Unimed), Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU), Univeristas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Univeritas Muslim Nusantara Al-Washliyah (UNIVA), Univeritas HKBP Nommensen (UHN) dan Universitas Sisingamaraja XII Tapanuli Utara (UNITA).

Kegiatan yang bertajuk Pelatihan Pedagogi untuk Dosen LPTK tersebut, bertujuan meningkatkan kapasitas LPTK untuk menghasilkan calon guru yang berkualitas.

“Salah satu materi utama pelatihan ini adalah mengintegrasikan literasi kedalam pembelajaran,” kata juru bicara USAID PRIORITAS Sumut, Erix Hutasoit, di Medan, Sabtu (4/4/2015).

Lebih lanjut Erix mengatakan, keterampilan literasi merupakan materi lintas kurikulum. Artinya keterampilan literasi dibutuhkan semua mata pelajaran. Kemampuan ini tidak hanya berhubungan pelajaran bahasa semata, tetapi juga pelajaran sains dan matematika. Semakin baik keterampilan literasi siswa, maka dipastikan hasil belajar siswa juga baik.

“LPTK merupakan lembaga yang melatih calon guru, karena itu kami menilai perlu mempersiapkan calon guru kita untuk terampil mengintegrasikan literasi kedalam pembelajaran. Itu sebabnya kami melatih dosen-dosen LPTK, karena merekalah yang mendidik guru-guru terbaik kita,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Rektor (WR) I Unimed  Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, mengatakan keterampilan literasi merupakan isu penting di Indonesia saat ini. Hal ini merujuk sejumlah penelitian internasional yang menyebut tingkat keterampilan membaca siswa Indonesia sangat rendah. Hasil penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada 2014, menempatkan Indonesia pada rangking 42 dari 45 negara peserta.

”Bahkan tingkat kemampuan literasi kita, kalah dari Vietnam yang negaranya lebih muda dari Indonesia,” kata Khairil Ansari.

 Khairil menyebut literasi tidak bisa dipandang hanya persoalan bisa membaca atau tidak. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan literasi atau “literat” jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan bertindak berdasarkan pemahamannya yang tepat terhadap isi bacaan tersebut. Ia mencontohkan banyaknya pelanggaran lalu lintas, bukan karena si penerobos tidak mampu membaca aturan.

“Ia disebut tidak melek literasi atau illiterate, karena tidak mematuhi aturan lalu lintas yang sudah ia ketahui,” tukas WR Unimed bidang akademik ini.

Lebih lanjut Khairil Ansari menegaskan bahwa literasi merupakan kebudayaan. Dibutuhkan strategi dan kebijakan jangka panjang agar literasi bisa menjadi kebudayaan. Karena itu institusi pendidikan seperti LPTK ikut bertanggung jawab untuk membangun kebudayaan literasi. Agar itu bisa terwujud, maka dosen-dosen LPTK juga harus memiliki keterampilan literasi. Terutama dalam mengintegrasikannya kedalam pembelajaran.

“Penguasaan literasi dalam segala aspek kehidupan menjadi tulang punggung kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena di masa depan, bagaimana cara kita mendidik anak-anak kita akan terbukti lebih penting daripada seberapa banyak kita mendidik mereka,” pungkas dosen yang banyak melakukan penelitian literasi ini.

Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) adalah program lima tahun yang didanai oleh United States Agency for International Development (USAID). Program ini didesain untuk membawa pendidikan berkelas dunia kepada banyak siswa di Indonesia. Program ini diimplementasikan di Aceh, Sumut, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.