MEDAN, KabarMedan.com – Pasangan suami istri, Yehezkiel (33) dan Rasiana (28) membawa anaknya yang masih berumur 8 bulan, Yoselin ke Medan lantaran tidak tahan dengan semakin pekatnya asap kebakaran hutan dan lahan di Riau. Apalagi, anak semata wayangnya itu sudah mengalami sakit batuk batuk dan muntah.
Kamis pagi tadi (18/9/2019), sekitar pukul 09.45 wib mereka tiba di stasiun bus Makmur di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas. Yehezkiel (33) tampak sibuk mengangkat koper besar, termos, tas jinjing, handuk, minuman dan lainnya dari dalam bus dan bagasi ke samping toilet. Mereka berrencana di Medan selama tiga minggu.
Kepada wartawan, Yehezkiel mengatakan, dia bersama keluarganya sengaja ke Medan dan menginap di rumah istrinya di Setia Budi, Medan karena di rumahnya asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah sangat pekat. Jarak pandang hanya 100 meter. Rumahnya hanya 3 jam dari Pelalawan
Kebun kelapa dan kelapa sawitnya seluas 2 hektare untuk sementara ditinggalkannya dahulu karena tidak tega melihat anaknya yang sebelumnya lasak (aktif), sejak terjadi karhutla, Yoselin sakit batuk dan sering muntah-muntah. “Kasian dia, jadi lemes gini. Biasanya lasak. Tapi masih minum obat dia. Kemarin sempat dibawa ke mantri di sana. Mudah-mudahan sembuh lah di sini,” kata Rasiana.
Yehezkiel dan keluarganya selama ini tinggal di daerah transmigrasi. Dia lahir di sana dan mengaku sudah terbiasa dengan asap. Masker, kata dia, tidak seterusnya dipakai karena seharian penuh asap dihirupnya.
Pemilik kebun kelapa dan kelapa sawit seluas dua hektare ini mengatakan, masih banyak warga yang memilih bertahan di lokasi karena mata pencaharia satusatunya dari perkebunan.
Yehezkiel dan keluarganya satu di antara keluarga lainnya yang pindah sementara ke Medan dari Pekanbaru lantaran asap karhutla semakin pekat. Karyawan bus CV Makmur, Viktor Butar-butar mengatakan bahwa sejak tiga Minggu terakhir sudah terjadi lonjakan penumpang 10 persen. (KM-05)