5 Fakta dari Artikel “Tiga Anak Saya Diperkosa” yang Trending di Twitter

Cover dari artikel yang dimuat oleh Projectmultatuli.org (foto: istimewa)

MEDAN, KabarMedan.com | Sebuah artikel berjudul lengkap “Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan” diterbitkan oleh Projectmultatuli.org pada Rabu, (6/10/2021).

Artikel ini menceritakan kisah dalam proses penyelesaian kasus pemerkosaan terhadap tiga kakak beradik di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, pencarian Tiga Anak Saya Diperkosa mencapai 8.569 tweet dan tagar #PercumaLapor polisi mencapai 131,1 rb tweet di pencarian trending topic Twitter.

Sebelumnya, jika ingin mengetahui secara lengkap alur ceritanya, Anda dapat mengakses laman Twitter @projectm_org untuk membaca artikelnya dengan jelas. Atau dapat juga melalui akses suara.com yang telah mempunyai akses republikasi artikel.

Berikut 5 fakta pilu dari artikel berjudul “Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan”:

  1. Diduga tersangka yang melakukan pemerkosaan adalah ayah kandung korban

Dikutip melalui artikel, korban tiga kakak adik bersaudara mengakui kepada ibunya bahwa yang melakukan hal yang tak pantas tersebut adalah ayah kandung korban, dan tersangka sudah memutuskan untuk bercerai dengan istrinya.

  1. Pihak Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak berserta pihak kepolisisan diduga melakukan kerja sama dengan pelaku untuk menghentikan penyelidikan
Baca Juga:  Kuasa Hukum Ungkap Kejanggalan di Rekonstruksi Kasus Penembakan Anak 13 Tahun: "Ada Peristiwa yang Tertinggal"

Sang ibu dengan insial bernama Lydia, langsung mengadukan kasus ini pertama kali pada pekan kedua Oktober 2019 ke Pihak Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, hingga dihari ke dua saat para anak  harus diperiksa secara psikologis oleh seorang petugas Puspaga, belakangan diketahui bahwa si petugas tidak memenuhi kualifikasi sebagai psikolog anak.

Selanjutnya, Polda Sulawesi Selatan mendukung penyelidikan dihentikan di Polres Luwu Timur. Segala keterangan yang Lydia berikan ke pihak Polres Luwu Timur malah berujung ia di interogasi oleh penyidik tanpa nasihat tentang masalah sehari-hari.

  1. Kondisi kesehatan mental ibu korban dipakai untuk mendelegitimasi laporan pemerkosaan

Pada saat Lydia pergi ke sebuah klinik jiwa bersama anaknya dan ada dua dua dokter, penyidik, dan seorang staf Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Tak hanya anaknya, ia juga diperiksa dan hasil pemeriksaan psikiatri menyatakan bahwa Lydia memiliki “gejala-gejala waham bersifat sistematis yang megarah gangguan waham menetap”.

  1. Para adik kakak tiga bersaudara mengalami rasa sakit yang membekas akibat perlakuan korban

Setelah Lydia mengetahui kejadian yang menimpa anaknya, anaknya suka mengeluh kesakitan. Meminta surat rujukan kepada sebuah puskesmas di Luwu Timur, Lidya membawa anak-anaknya kerumah sakit.

Baca Juga:  33 Warga NTT Diduga Korban TPPO di Sergai Akan Dipulangkan ke Daerah Asal

Dalam surat rujukan itu tertulis diagnosa internal thrombosed hemorrhoid + chils abuse. Kerusakan pada bagian anus akibat bersenggama. Diagnosa lain abdominal and pelvic pain. Keruskan pada organ vagina akibat pemerkosaan.

Diagnosis selanjutnya vaginitis atau peradangan pada vagina dan konstipasi atau susah buang air besar.

  1. Artikel ini menjadi perbincangan trending topic di Twitter Indonesia

Banyak dari para pengguna Twitter yang merasakan sakit hati dan luka mendalam atas kejadian yang menimpa tiga kakak adik bersaudara di Luwu Timur. Terlihat, banyak dari mereka ikut memviralkan artikel dengan tujuan pihak kepolisian dan jajaran pemerintahan seluruh Indonesia dapat melihat kejadian ini agar segera memproses penyelidikan kembali.

Para media pemberitaan, jurnalis, hingga blogger ikut berpartisipasi untuk menerbitkan kembali artikel atas izin dari pihak Projectmultatuli.org. Terlebih pihak situs @projectm_org sempat mendapati serangan siber sehingga hilang akses usai menerbitkan artikel. [KM-101]

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.