Bakar Sampah, Solusi atau Tidak?

MEDAN, KabarMedan.com | Berbagai orang berpakaian seragam tampak sibuk menyapu, mengorek sampah di parit dan memotong rumput di Jalan Tangguk Raya, Blok XII, tepatnya di depan kolam buatan, Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kamis (21/2/2019).

Sebagian sampah diangkut ke truk sampah, sebagian lagi ada yang dibakar. Asap tebal mengepul dan beberapa orang yang ikut dalam gotong royong dalam Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di Danau Martubung terus menambah tumpukan sampah yang sedang terbakar.

Salah seorang relawan dari Rumah Zakat, Ikhsan bersama rekan-rekannya memang diundang untuk meramaikan kegiatan. Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ini kaosnya basah oleh keringat karena menyapu dan mengangkat serta membakar sampah.

Ia mengatakan, membakar sampah tentunya akan menimbulkan asap yang sama artinya dengan membuat polusi udara.

“Tapi ya gimana lah, kita hanya disuruh membersihkan dan membakarnya. Saya tahu ini menimbulkan polusi tapi tak banyak. Sebagian lagi dibawa ke truk sampah,” katanya.

?Hal senada dikatakan Suwito. Dirinya mengaku membakar sampah adalah salah satu cara yang efektif untuk menangani sampah. Dia berdalih daripada sampah berserakan dan menimbulkan penyakit atau masuk ke danau. Apalagi, kata dia, sudah bertahun-tahun danau dipenuhi enceng gondok yang berpotensi menjadi sumber penyakit, misalnya nyamuk demam berdarah dan lain sebagainya. “Daripada berserak, kan lebih bagus dibakar saja,” katanya.

Berbeda halnya dengan Asril. Ia mengaku membakar sampah tidak menyelesaikan masalah. Dirinya memilih untuk memilah sampah yang bisa dimanfaatkan lagi dan yang tidak. Sampah, kata dia, jika dibiarkan di darat akan menjadi sampah tak berguna. Karena dibakar akan membuat polusi udara.

“Sama saja mengotori, yang satu di darat atau air, yang satu di udara, itu bukan solusi. Tapi intinya petugas sampah harus rajin mengambil setiap hari. Kalau tidak ya tak mungkin masyarakat membiarkan rumahnya bau sampah,” ujarnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Utara, Dana Prima Tarigan mengatakan, harus ada pembagian peran dalam penanganan sampah. Pemerintah berperan sebagai jenderal atau pemimpin yang bisa memastikan bahwa masyarakat dapat memilah sampah yang bisa didaur ulang dan yang tidak.

“Sehingga ada pengurangan jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Misalnya dengan bank sampah. Tapi bank sampah ini harus dilabdasi kesadaran akan kesehatan, tidak uang semata,” katanya.

Perusahaan harus diikat dengan tanggung jawab terhadap produknya yang sudah dipasarkan ke masyarakat. Saat ini, menurutnya, pemerintah tidak bisa dengan kaca mata kuda bahwa penanganan sampah dengan menyediakan gerobak sampah. “Bagaimana mengajak semua bisa berbicara tentang penanganan sampah ini sebagai gerakan massal,” jelasny.

Wakil Walikota Medan, Akhyar Nasution mengatakan, awal Maret pihaknya akan mendistribusikan 300 gerobak sampah kepada masyarakat. Dia berharap dengan gerobak sampah bisa digunakan untuk menangani sampah yang ada.

“Mari kita ciptakan Medan ini menjadi kota yang bersih dan sehat. Ini dimulai dari diri kita masing-masing,” pungkasnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.