Petani Kelapa Sawit Pusing, Serangan Ganoderma Sulit Diatasi

MEDAN, KabarMedan.com | Luas kebunnya hanya 3 hektare di Kabupaten Labuhan Batu. Miduk Saragih hanya bisa menunggu satu persatu kelapa sawitnya yang berumur 12 tahun warisan dari orang tuanya tumbang. Dia merasa kewalahan menangani serangan jamur Ganoderma sp. Betapa tidak, ketika satu tumbang, maka lainnya ikut tumbang.

Ganoderma sp. disebutnya sebagai penderitaan lain di luar masalah harga yang anjlok. Miduk memiliki lahan seluas 3 hektare. Tahun lalu, tak kurang dari 17 batang kelapa sawit tumbang. Awalnya dianggapnya masih normal karena umurnya yang sudah tua.

Namun karena gejala yang muncul sebelum tumbang sama, yakni batang bagian bawahnya membusuk, dia merasa ada yang harus dilakukannya. Dikatakannya, sudah berbagai cara dilakukannya mulai dari memberi racun maupun memotongnya lalu membakarnya di luar lahan. Namun upayanya tidak membuahkan hasil. Jamur kembali muncul. Dia merasa bingung karena masalah yang sama dialami petani lainnya.

“Kalau begini terus bakal rugi lah kita bertani sawit ini,” katanya, Senin (11/3/2019).

Ganoderma sp. adalah jamur yang paling ditakuti oleh petani kelapa sawit. Jamur mematikan tersebut menyerang pada tanaman yang sudah bergenerasi. Namun, beberapa cara bisa dilakukan untuk menanggulangi serangannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit dalam dua tahun ini sudah mulai mengembangkan bibit kelapa sawit anti ganodera.

Kepala Unit Usaha Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Suhardiman menyebut, ganoderma sama halnya dengan kanker pada manusia. Khususnya pada kebun yang sudah bergenerasi sangat rentan muncul serangan karena sudah ada biangnya. Jamur ini sulit dihilangkan karena sumber penularnya sudah ada di lahan.

PPKS, kata dia, sebenarnya sudah ada Marihat Fungicide atau Marfu yang di dalamnya terdapat bahan aktif jamur, yakni trico derma, yang sifatnya menjadi parasit pada jamur ganoderma sp.

Jamur ini sangat efektif menghambat perkembangan ganoderma pada serangan stadium awal. Dijelaskannya, sebenarnya jami ini mudah dikembangbiakkan, yakni dengan bekatul atau dedak halus yang dibiarkan beberapa hari dalam keadaan lembab. Jamur yang muncul berwarna hijau yang disebut dengan trico derma.

Cara lainnya adalah dengan membuat lubang tanam besar. Pada lubang tanam harus ditaburi dengan Marfu. Lubang besar, menurutnya cara praktis untuk memutus akar dari tanamnan lama. Pada lubang tanam, juga diisi dengan bahan organik tandan kosong, pupuk kompos, setelah terjadi mineralisasi baru dimasukkan bibitnya.

“Memang kalau membuat lubang besar itu modalnya besar, tapi setimpal dengan hasilnya nanti. Bibit unggul itu kalau diberi perlakuan tepat bisa menghasilkan 40 ton/ha saat umurnya di atas 5 tahun. Kalau tidak, hanya bisa 30- 31 ton/ha,” katanya.

Selama bertahun-tahun, PPKS bekerjasama dengan laboratorium di Singapura untuk meneliti kelapa sawit dan menciptakan kecambah atau bibit anti ganoderma bernama PPKS 54 New Generation. Dari sisi harga memang lebih tinggi hingga dua kali lipat. Baik ketika masih dalam bentuk kecambah, maupun ketika sudah jadi bibit.

“Ini sudah teruji sampai di tingkat DNA, bukan hanya, sebut lah, bapaknya bagus maka anaknya bagus, tak cuma itu. Tapi DNA-nya,” katanya.

Menurutnya, penggunaan bibit anti ganoderma ini masih sangat kecil. Dibandingkan dengan luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara, belum sampai 10% yang menggunakannya.

“Masih sangat kecil yang pakai. Hanya beberapa perusahaan dan petani yang sudah paham, lalu menanamnya. Tapi memang ganoderma ini tak memandang kebun punya siapa. Tapi memang kalau bergenerasi itu rentan. Tergantung pada asupan gizi. Seperti halnya manusia,” katanya .

Baskara Liga, pelopor Asosiasi Planter Indonesia (API) mengatakan, sebenarnya untuk melihat batang kelapa sawit yang sudah terserang ganoderma cukup mudah. Terdapat ciri-ciri fisik yang jelas. Misalnya, 3 pupus daun di pucuk yang meruncing dan tidak dapat memecah. Kemudian daunnya memusat dan memendek.

“Dan yang paling gampang dan akan cepat tumbang adalah, pasti di pelepah atau batangnya berlubang, dalam waktu tidak lama akan tumbang sendiri,” ujarnya.

Serangan yang paling parah adalah, jika jamur tersebut sudah menjalar mengelilingi batangnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa serangan ganoderma di kebun tersebut sudah terlampau parah. Menurutnya, untuk mengendalikannya harus dilakukan secara terpadu, yang mana semua petani atau pekebun harus melaksanakannya secara bersama.

“Tidak bisa kalau yang satu melakukan, yang lain tidak, yang membuat penyebaran ganoderma ini bisa meluas dari Aceh samppai Lampung dan menjadi masalah nasional ini karena cara memeranginya tidak dilakukan secara terpadu,” katanya.

Kehilangan 1 batang kelapa sawit tidak bisa dianggap sepele. Pasalnya, kehilangan 1 pokok per hektare saja, itu berarti kehilangan yang besar. Sebagai gambaran, tiap pohon kelapa sawit pada umur 5 – 7 tahun, dapat menghasilkan berat rata-rata dalam satu tandan mencapai 10 Kg. Sedangkan 1 pohon sekali panen 2 tandan. Dan bisa dipanen 3 kali panen setiap bulannya.

“Jika TBS dihargai Rp1500/kg saja, maka akan luar biasa kerugiannya, apalagi kan yang tumbang tidak hanya 1 pokok saja, maka tinggal dikalikan saja, jadi ini tidak sederhana, karenanya harus diberi treatmen atau perlakuan-perlakuan sehingga ganoderma itu bisa diperangi,” pungkasnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.