MEDAN, KabarMedan.com | Nelayan mengaku gatal-gatal akibat banyaknya bangkai babi yang mengapung di Sungai Bedera dan Danau Siombak. Gatal-gatal menjadi masalah lanjutan setelah aroma busuk yang menyengat.
Seorang nelayan kupang (kerang kecil), Juliadi (38) mengaku, rasa gatal di sekujur tubuhnya dirasakan setelah keluar air. Rasa gatal itu terasa sejak sekitar dua Minggu lalu. Tidak mudah hilang setelah digaruk.
“Harus pakai pasir nggaruknya, baru agak mendingan,” katanya saat diwawancarai di pinggir Danau Siombak, Senin siang (11/11/2019).
Ia mengatakan, badannya bentol-bentol akibat gatal itu, dan baru sembuh setelah minum obat yang dibelinya. Selain dirinya, anaknya juga merasakan gatal-gatal karena sering membantunya mencari Kupang sepulang sekolah.
Aktivitasnya mencari kupang di pinggir hutan mangrove sejak 12 tahun lalu mengharuskannya masuk ke dalam air.
“Danau Siombak ini memang banyak sampah dan semakin membuat gatal. Tapi, gatalnya ini lain, lebih susah ilang. Saya kan tahu, mana gatal biasanya dan sekarang itu gimana setelah ada banyak bangkai babi,” ujarnya.
Warga lainnya bernama Agustin mengatakan, air danau ini digunakan oleh warga untuk mencuci. Sejak banyaknya bangkai babi yang mengapung, dia tidak lagi menggunakannya, karena khawatir airnya sudah tercemar.
“Biasanya kami pakai untuk mencuci, tapi karena sudah ada bangkai, tak lagi lah. Gatal-gatal dibuatnya,” katanya.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Medan, dr Muthia Nimphar mengatakan, pihaknya mengimbau masyarakat untuk sementara tidak menggunakan air danau.
“Untuk sementara itu, tentu mengantisipasi dampak akibat ini, masyarakat diimbau tak menggunakan air danau ini dan lakukan hidup bersih. Kalau ada gejala (sakit akibat pencemaran) segera dibawa ke Puskesmas,” pungkasnya. [KM-03]