BERITA
Desakan untuk menghadirkan pemantau asing sebelumnya ramai di media sosial Twitter dengan tagar #INAelectionobserverSOS dengan beberapa variasi tagar lain seperti #IndonesiaCallsObserver
Tagar #INAelectionObserverSOS awalnya dipopulerkan oleh Rocky Gerung. Kemudian, tagar ini digaungkan oleh para pendukung Prabowo-Sandi lantaran merasakan indikasi kecurangan yang dilakukan kubu Jokowi-Ma’ruf.
Tagar tersebut diisi berbagai cuitan warganet pendukung capres-cawapres 02 yang meminta hadirnya pemantau internasional ikut memantau Pemilu 2019. Keinginan mereka ini didasari karena penyelenggara pemilu saat ini yang dinilai tidak independen, serta khawatir Pemilu 2019 berlangsung tak adil dan tak jujur.
HASIL CEK FAKTA
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi mengatakan, KPU selalu mengundang pemantau asing, baik itu dari lembaga pemantau pemilu ataupun lembaga penyelenggara Pemilu dari negara lain.
“Kehadiran pemantau asing sudah menjadi tradisi di semua negara demokrasi yang menggelar pemilu,” ujar Pramono seperti dikutip dari Tirto.
Pramono menjelaskan, sejak Pemilu 1999 pemantau asing selalu hadir untuk melihat jalannya pesta demokrasi di Indonesia, mulai dari Pemilu hingga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Bahkan kerap kali KPU mengundang dan memfasilitasi kehadiran pemantau Pemilu dari negara lain.
“Jadi tanpa ada SOS atau desakan seperti itu, KPU sudah punya tradisi mengundang kehadiran pemantau asing dan domestik. Bukan hal baru sama sekali,” jelas Pramono.
Pramono menjelaskan, untuk Pemilu 2019 ini KPU telah mengundang lembaga penyelenggara pemilu dari 33 negara, mengundang pula perwakilan kedutaan 33 negara sahabat, serta mengundang 11 lembaga pemantau internasional.
Sementara itu, Komisioner KPU lainnya, Wahyu Setiawan mengatakan, kehadiran pemantau asing tak serta merta akan mendelegitimasikan peran pemantau Pemilu dari Indonesia sendiri.
Menurut Wahyu, semakin banyak pemantau Pemilu diharapkan bisa menjadikan penyelenggaraan Pemilu yang baik, bahkan menujukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa menyelenggarakan pemilu yang aman, damai, jujur dan adil.
“Makin banyak yang berpartisipasi dalam pemilu, salah satunya adalah pemantau, akan makin baik bagi Pemilu 2019,” ucap Wahyu.
Sementara itu, sejumlah perwakilan negara asing mengaku takjub akan pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Salah satunya diungkapkan oleh Seung Ryeol Kim, perwakilan dari Korea Selatan.
“Dari pengamatan saya, semua hal berjalan baik, enggak ada kekerasan, enggak ada konflik. Semua lancar saja dan senang melihatnya,” ujar Seung saat meninjau penghitungan suara di TPS 10 Kelurahan Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).
Ia mengatakan, banyak perbedaan mengenai cara pemilihan umum di Indonesia jika dibandingkan dengan di negaranya. Ia menilai Pemilu di Indonesia memiliki tingkat transparasi yang tinggi. Hal senada disampaikan oleh perwakilan dari Myanmar, U Hla Tein.
“Menurut saya sangat transaparan dan asumsi saya pemilu di Indonesia itu kredibel. Ada beda sistem di Indonesia dan Myanmar. Di sini 1 pemilu untuk beberapa parlemen. Di Myanmar beda hari untuk setiap parlemen,” paparnya. [KM-01]
Sumber :
https://tirto.id/soal-pemantau-asing-kpu-sebut-sudah-tradisi-dan-tak-perlu-didesak-dkg4
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/17/17185741/kata-pemantau-asing-soal-pelaksanaan-pemilu-2019-di-indonesia