KabarMedan.com | Ditengah proses pengembangan dan uji coba vaksin Covid-19 beredar klaim yang menyatakan bahwa 48 warga Korea Selatan meninggal dunia usai menerima vaksin Covid-19.
Sebuah website Kepenuhannews menggunggah artikel berjudul “Innalilahi Wainnailahi Rojiun, 48 Orang Meninggal Usai Divaksin Corona”.
Berikut narasi lengkapnya:
Vaksin COVID-19 alias corona kembali makan korban. Sebanyak 48 orang meninggal dunia setelah divaksin di Korea Selatan. Jumlah itu merupakan akumulasi sejak munculnya kematian usai divaksin pekan lalu yang diumumkan otoritas Korsel pada Sabtu 24 Oktober 2020. Mengetahui kabar tersebut, otoritas Singapura bereaksi dengan menangguhkan penggunaan dua vaksin influenza, SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra bagi warganya.
Meski begitu, otoritas kesehatan Korsel menyebut mereka akan melanjutkan program vaksinasi karena tidak menemukan kaitan langsung antara vaksin dan kematian itu. Mengutip Reuters, Kamis 29 Oktober 2020, belum ada laporan mengenai kasus kematian yang berhubungan dengan vaksinasi flu di Singapura.
“Namun pemerintah memilih mengambil langkah preventif, menurut Kementerian Kesehatan dan Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura,” kata Singapura dalam pernyataan resmi.
Sebagai informasi, Vaksin SKYCellflu Quadrivalent merupakan hasil produksi perusahaan SK Bioscience asal Korea Selatan yang didistribusikan secara lokal di Singapura oleh AJ Biologics. Sementara VaxigripTetra diproduksi oleh Sanofi, perusahaan asal Prancis, dengan distributor Sanofi Aventis.
“Dua vaksin influenza lainnya yang masuk ke Singapura, untuk mengantisipasi musim flu tahun 2020/2021 di wilayah bumi bagian utara, mungkin akan dilanjutkan penggunaannya,” kata otoritas kesehatan negara itu.
Sementara, Kepala Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), Jeong Eun-kyeong, memastikan pihaknya masih menyelidiki penyebab warga Korea yang meninggal setelah divaksin tersebut. “Kami belum menemukan hubungan langsung antara kematian dan vaksin, atau hubungan antara efek samping suntikan flu dan kematian,” kata dia.
“Kami telah meninjau apakah layak melanjutkan vaksinasi atau lebih baik menunda dan menunggu hasilnya. Sampai pada kesimpulan bahwa kematian tersebut tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi mengingat keterbatasan data yang kami miliki sekarang dan tanpa laporan post mortem yang rinci,” ujarnya lagi.
Jeong menambahkan bahwa kematian mungkin akibat syok anafilaksis, reaksi alergi yang serius terhadap imunisasi, meskipun penyelidikan epidemiologi dan otopsi masih berlangsung. Korea Selatan saat ini sedang melaksanakan program vaksinasi flu nasional, di mana 8,36 juta orang telah menerima suntikan.
Total sekitar 12,97 juta orang telah divaksinasi. Sebagian besar dari sembilan kematian terjadi pada individu berusia 65 atau lebih atau dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Namun, salah satu korban tewas adalah seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang meninggal dua hari setelah disuntik vaksin. Selain kematian, setidaknya 431 orang menunjukkan respons abnormal setelah menerima suntikan termasuk reaksi lokal, alergi, dan demam.
“Kami merasa menyesal atas keprihatinan orang-orang atas suntikan flu gratis dan melihat situasi dengan serius. Tapi pertama-tama, kita harus mencari tahu penyebab pasti dari kematian baru-baru ini,” kata Wakil Menteri Kesehatan Kim Ganglip pada jumpa pers.
Apakah klaim tersebut benar ?
Dilansir dari berita Reuters pada 24 Oktober 2020, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA), jumlah warga Kosel yang meninggal setelah menerima vaksin flu telah meningkat menjadi 48 orang. Meskipun begitu, pemberian vaksin kepada warga akan tetap dilanjutkan untuk mengurangi kemungkinan terkena wabah secara bersamaan, yakni flu dan Covid-19, saat musim dingin.
Direktur KDCA Jeong Eun-kyung mengatakan bahwa lembaganya tidak menemukan hubungan langsung antara pemberian vaksin flu dengan kematian 26 korban yang telah diselidiki. Sekitar 20 hasil otopsi awal kepolisian dan Layanan Forensik Nasional Korsel menunjukkan 13 korban meninggal karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit lain yang tidak disebabkan oleh vaksinasi.
Jeong pun memaparkan tindakan pencegahan yang harus dilakukan sebelum menerima vaksin, seperti minum air yang cukup dan memberi tahu petugas kesehatan tentang kondisi medis penerima vaksin. Dia juga menyarankan penerima vaksin untuk menunggu 15-30 menit sebelum meninggalkan klinik tempat mereka disuntik vaksin. “Jika memungkinkan, dapatkan vaksin flu saat cuaca hangat, karena ada kekhawatiran bahwa suhu rendah dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskular atau penyakit serebrovaskular,” katanya.
Hal itu juga diberitakan oleh NY Daily News pada 26 Oktober 2020. Menurut laporan NY Daily News, Korsel akan meneruskan vaksinasi flu, mengingat 48 kematian tersebut terjadi karena penyebab lain yang tidak terkait dengan vaksin. Meskipun begitu, Singapura untuk sementara menghentikan penggunaan dua jenis vaksin flu sembari terus mengevaluasinya. Di seluruh dunia, negara-negara melakukan vaksinasi terhadap flu dengan harapan terhindar dari epidemi ganda, mengingat musim flu semakin dekat dan kasus Covid-19 semakin meningkat.
Dilansir dari Kompas.com pada 29 Oktober 2020, Singapura menjadi negara pertama yang mengumumkan penghentian penggunaan dua vaksin flu secara terbuka. Dua vaksin itu adalah SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan sekaligus meredam kepanikan publik yang muncul setelah adanya berita mengenai kematian di Korsel karena vaksinasi flu. Meskipun begitu, di Singapura, belum ada laporan kematian akibat vaksinasi flu.
Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan kematian tersebut tidak berhubungan dengan vaksin flu. Menurut dia, kematian terjadi pada mereka yang berusia 60-an tahun atau lebih dengan kondisi kesehatan yang sudah mendasari sebelumnya. Asosiasi Medis Korsel sempat merekomendasikan penangguhan sementara vaksinasi flu. Namun, berdasarkan hasil investigasi dan otopsi, dari 46 kasus, kematian sama sekali tidak terkait dengan vaksin.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dalam panduan di situs resminya, “Vaksin flu tidak akan melindungi diri dari Covid-19. Namun, vaksinasi flu memiliki banyak manfaat penting lainnya. Vaksin flu telah terbukti mengurangi risiko penyakit flu, rawat inap, dan kematian. Mendapatkan vaksin pada flu musim gugur ini akan menjadi lebih penting dari sebelumnya, tidak hanya untuk mengurangi risiko flu, tapi juga untuk membantu melindungi potensi kelangkaan sumber daya perawatan kesehatan.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa klaim 48 warga Korea Selatan meninggal akibat vaksin Covid-19 tidak benar alias hoaks. 48 warga tersebut memang meninggal, tapi dikarenakan usai menerima vaksin flu. [Tim Fact Checker]