KABAR MEDAN | Setahun lalu Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Perdamaian, Stabat, Langkat, Sumatera Utara bukan sekolah yang diperhitungkan. Sekolah ini terkesan kumuh dan rutin dikepung banjir. Tapi setelah menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), madrasah ini berubah menjadi sekolah favorit.
Suara riuh anak-anak yang bersahutan aktif dan gembira. Tawa dan canda anak-anak yang terdengar dari dalam kelas. Lapangan yang tidak terlalu luas namun bersih dan rapi berhadapan dengan petakan sawah. Inilah MIN Perdamaian.
Madrasah ini, sudah jelas tampak berbeda dengan setahun lalu. Ruang-ruang kelas telah dicat dengan rapi dan terang. Aneka bunga dengan pot-pot dari botol plastik daur ulang yang dicat cantik tergantung menghiasi bagian luar kelas. Aneka porto folio karya siswa tergantung aneka warna di dalam ruangan kelas. MIN Perdamaian sekolah dari pinggiran sawah telah banyak berubah.
Untuk pembangunan fisik sekolah, sekolah membangun hubungan yang baik dengan komite madrasah. Bersama komite sarana prasarana dan pembangunan kelas sudah dilakukan. Dengan jumlah siswa yang terus bertambah, komite sekolah menyadari sekolah ini butuh penambahan ruang baru. Satu kelas baru hasil sumbangan orangtua berhasil dibangun.
Zaenal Arifin, S.Ag, Ketua Komite MIN Perdamaian Stabat mengatakan banyak perubahan positif. “Dari beberapa tahun lalu, saya sangat merasakan kemajuan MIN Perdamaian. Banyak kegaitan, seperti ekstrakurikuler, pentas seni, kegiatan bakti sosial di lingkungan madrasah, dan kepramukaan. Setelah kerja sama degan USAID untuk kualitas pendidikan, saat ini di tiap kelas rak sepatu tersusun rapi, ada tempat minum, porto folio anak, dan sistem pembelajaran serta manajeman lebih transparan. Semua dana ke sekolah, komite dilibatkan merumuskan bagaimana pengelolaannya untuk kemajuan pendidikan anak,” kata Zaenal.
Sebagai Ketua Komite Sekolah, Zaenal bersama pengurus komite rutin mengadakan rapat dengan dewan guru dan wali murid. Komite mengorganisir seluruh wali murid guna membangun MIN Perdamaian. Komite semaksimal mungkin memberikan pemahaman pada wali murid, bahwa sekolah bukan milik pemerintah tapi juga masyarakat. “Karenanya sangat diperukan peran serta wali murid untuk membangun sekolah dan mutu pendidikan,” tegas Zaenal.
Salah satu Wali Murid MIN Perdamaian Stabat, Roswani juga sangat senang dengan perubahan yang ia lihat di sekolah. “Saya berterima kasih telah mendidik anak kami sepenuh hati, memberikan ilmu, disiplin, dan pendidikan agama. Banyak perubahan. Tapi saya harap tingkat daerah atau bupati lebih banyak memberi perhatian, sekolah ini sering banjir, kalau udah banjir anak-anak tidak bisa sekolah,” kata Roswani.
Kepala Sekolah MIN Perdamaian, M. Saidi Rambe, S.Ag, M.Si, membangun sistem kepemimpinan yang baik di sekolah ini. Beberapa perubahan yang telah ia lakukan dan kerja sama dengan USAID PRIORITAS menurutnya membuat guru-guru jauh lebih kompak dan proses belajar lebih hidup. Murid-murid juga menjadi lebih dispilin dan berpakaian dengan baik. [KM-01]