MEDAN, KabarMedan.com | Akibat kebanjiran, petani di Desa Pematang Cermai, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai kehilangan benih padi yang disemainya. Sedangkan Tapanuli Selatan dan Padang Lawas, seluas 67 hectare tanaman padi mengalami gagal panen atau puso. Tercatat, ribuan hectare sawahnya terendam banjir
Namanya Janter (39). Ketika ditemui di depan rumahnya pada Sabtu (28/11/2024), dia mengaku tak bisa lagi berkata-kata ketika ditanya bagaimana banjir merendam sawah miliknya. Dia sudah membuat persemaian padi untuk ditanam di lahannya seluas 4 rante. “Gimana mau dibilang ya. Udah tak bisa lagi kita lihat sawah kita. Macam danau ini semua,” katanya.
Namun demikian dia dan juga sejumlah petani lain masih beruntung bahwa banjir terjadi saat musim persemaian. Menurutnya petani akan mengalami kerugian besar jika banjir terjadi pada saat benih sudah ditanam semua. “Ya kita masih beruntung lah di sisi ini masih persemaian. Kalau udah di pertengahan, istilahnya, uang udah banyak keluar untuk pupuk, dan lainnya,” katanya.
Meski demikian, dia mengatakan bahwa petani butuh didampingi oleh pihak-pihak yang kompeten seperti dari Dinas Pertanian, BMKG, dan juga pihak yang berwenang menangani tentang saluran irigasi dan lain sebagainya. “Petani ini sendirian. Tak ada yang ngasih tau, cuacanya begini, nanamnya harus gimana. Trus kalo udah kebanjiran, harus apa,” katanya.
Kepala Kepala UPTD Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Sumut, Marino saat dikonfirmasi pada Rabu (4/12/2024) mengatakan, kerugian besar dirasakan petani khususnya yang berada di Tapanuli Selatan dan Padanglawas.
Banjir yang melanda beberapa pekan terakhir mengakibatkan 67 hectare sawah mengalami gagal panen total alias puso. Angka itu merupakan bagian ari 1.468,5 hectare lahan padi yang terdampak banjir. Marino mengatakan, pihaknya menerima laporan itu dari petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di seluruh kabupaten/kota hingga 29 November 2024.
Dijelaskannya, di Tapanuli Selatan, banjir menggenangi 30 hektar sawah di Kecamatan Sayur Matinggi dan Batang Angkola dan tidak bisa diselamatkan. Di Padang Lawas, sebanyak 37 hektar sawah di beberapa kecamatan, termasuk Ulu Sosa dan Barumun Barat, hancur total.
“Selain di dua kabupaten itu, banjir juga telah merendam ribuan hectare sawah di sejumlah kabupaten seperti di Asahan, Deli Serdang, Karo, Batubara, dan Kota Medan,” katanya.
Marino menuturkan, banjir telah menghantam 34 hectare area persemaian padi, termasuk 27 hektar di Palas dan 7 hektar di Asahan. Kemudian 2,5 hektare lahan jagung di Kecamatan Barus Jahe, Karo, dan 3 hectare kacang tanah di Padang Lawas
“Di Kecamatan Sosa Julu, bahkan ada satu hektar persemaian padi yang juga mengalami puso,” jelasnya.
Marino tidak menampik bahwa bencana banjir yang terjadi adalah dampak perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi. Di saat yang sama, ancaman kekeringan dan serangan hama juga terus meningkat. “Kita ingin menekankan bahwa penting dilakukan pengamatan lapangan secara intensif Bersama POPT. Itu agar kerugian di masa depan bisa diminimalisir,” katanya.
Ketika bencana melanda, harapan petani kini bertumpu pada langkah tanggap pemerintah dan solidaritas masyarakat. Namun, tanpa perlindungan asuransi dan adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan iklim, tantangan di sektor pertanian akan terus menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan hidup para petani.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Ketapang TPH Sumut, Heru Suwondo, mengatakan, masih sedikit petani yang terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Padahal, melalui AUTP, dapat memberikan perlindungan hingga Rp6 juta per hectare untuk membantu petani bangkit dari kegagalan panen.
“Kami sudah mengimbau agar petani mengikuti program AUTP. Jadi Ketika terjadi gagal panen, mereka tidak perlu bingung mencari modal untuk musim tanam berikutnya. Tahun ini, hanya 485,5 hektar lahan padi di Sumatera Utara yang terdaftar dalam program AUTP, tersebar di Labuhanbatu Utara, Batubara, dan Asahan,” katanya.
Marino menuturkan, terhadap bencana ini, pemerintah sudah mengambil beberapa langkah untuk mendukung petani mulai dari mengaktivkan posko siaga banjir di desa-desa rawan, dan rekomendasi teknis seperti pembersihan saluran air serta penggunaan pompa untuk mengurangi genangan air telah disampaikan kepada petani.
Plh Sekretaris Dinas Ketapang TPH Sumut, Juwaini mengatakan, pemerintah menjanjikan bantuan benih padi melalui Cadangan Benih Nasional (CBN) dengan mekanisme pengajuan bantuan yang sederhana yakni, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota hanya perlu melampirkan nama dan alamat petani terdampak agar bantuan tepat sasaran.
“Bantuan benih padi, selama ini cepat disalurkan kepada petani yang terdampak bencana alam agar bisa kembali menanam padi di musim berikutnya,” katanya. [KM-05]