Dampak Ekonomi dari Ekowisata Kampung Tua Bakau Serip: Bertahan Lewat Paket Wisata Edukasi

MEDAN, KabarMedan | Inisiatif ekowisata yang dipimpin oleh Gari Dafit Semet di Kampung Tua Bakau Serip telah membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian lokal. Melalui pengembangan destinasi ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu, kampung ini telah berhasil mengubah potensi mangrove yang dulunya terabaikan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.

Setelah ekowisata diluncurkan, jumlah wisatawan yang datang ke kampung ini meningkat. Gari mencatat, “Kami melihat arus pengunjung yang semakin banyak setiap tahun. Ini memberi peluang ekonomi yang besar bagi warga.” Para pelaku usaha lokal mulai merasakan manfaat dari kedatangan wisatawan, dengan peningkatan penjualan di warung, penyewaan perahu, dan jasa pemandu wisata.

Namun, perjalanan menuju kesuksesan ini tidak tanpa tantangan. Saat pandemi COVID-19 melanda, sektor pariwisata mengalami penurunan drastis, dan Kampung Tua Bakau Serip pun merasakannya. Gari menceritakan, “Kunjungan wisatawan merosot tajam, kami harus mencari cara untuk bertahan.” Beruntung, pada akhir 2020, desa ini terpilih sebagai lokasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional, di mana 25 warga terlibat dalam penanaman mangrove, memperbaiki ekosistem dan membangkitkan semangat masyarakat.

Baca Juga:  Tim Relawan BRI Perkuat Kapasitas dan Ketangguhan dalam Menghadapi Bencana di Jambore Nasional

Selain itu, lewat dukungan Astra dalam wadah Kampung Berseri Astra (KBA) Kampung Tua Bakau Serip, warga mendapatkan pelatihan dalam pengembangan produk, pemasaran, dan manajemen usaha.

“Kami melihat potensi besar di kampung ini untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas,” kata Gari.

Lewat dukungan Astra lewat KBA, yaitu program Kontribusi Sosial Berkelanjutan PT Astra International Tbk–sebuah perusahaan nasional yang memiliki 293 anak usaha, antara lain bergerak di sektor otomotif, pembiayaan, jalan tol, dan asuransi–yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan, Gari memiliki harapan besar untuk Kampung Tua Bakau Serip.

Ia ingin kampung ini menjadi pusat pembelajaran bagi desa-desa lain yang ingin mengembangkan inisiatif serupa. “Jika kami bisa melakukannya, kami percaya bahwa desa-desa lain juga bisa,” tuturnya.

Pasalnya, melalui program KBA, masyarakat dan Astra bisa berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Baca Juga:  Wow, Kredit UMKM BRI Tembus Rp1.105,70 triliun Hingga Akhir Triwulan III 2024

Dengan pemulihan bertahap, Gari dan timnya berhasil menggerakkan kembali ekowisata. “Kami berusaha bangkit dan memperbaiki yang hilang,” ujarnya. Mereka juga memperkenalkan paket wisata edukatif untuk menarik minat pengunjung, termasuk kunjungan sekolah-sekolah. “Kami ingin anak-anak belajar langsung tentang pentingnya menjaga mangrove,” tambah Gari.

Kampung Tua Bakau Serip kini menjadi contoh sukses bagaimana ekowisata dapat meningkatkan perekonomian lokal. Gari berharap, dengan terus mengembangkan ekowisata, mereka tidak hanya meningkatkan pendapatan desa, tetapi juga kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan. “Ekowisata adalah jembatan antara pelestarian alam dan peningkatan ekonomi,” pungkasnya.

Dengan kerja keras dan ketekunan, Gari dan komunitasnya menunjukkan bahwa ekowisata dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan perekonomian lokal sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. Hal ini menjadi harapan bagi masa depan Kampung Tua Bakau Serip dan dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Indonesia.

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.