KABAR MEDAN | Bertekad bangkit dari keterpurukan dengan mengedepankan nilai-nilai kebudayaan, puluhan aktivis, budayawan dan jurnalis mendeklarasikan Gerakan Boemi Poetera di Pelataran Taman Makam Pahlawan, Jalan SM Raja, Medan, Minggu (18/1/2015).
Deklarasi bertajuk “Dari Medan untuk Indonesia” ini dihelat sederhana, tanpa panggung dan pengeras suara. Sejumlah aktivis, budayawan dan jurnalis tampak hadir, di antaranya mantan Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumatera Utara (Sumut) Robert Situmorang, mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Medan Darma Lubis, Ketua Ikatan Mahasiswa Boemi Poetera Rony Dermawan.
Diawali hening cipta untuk mengenang jasa para pahlawan, jurnalis yang juga budayawan Teja Purnama kemudian tampil membacakan puisi berjudul “Akulah Medan”. Lewat puisinya, Teja menggambarkan betapa Kaum Boemi Poetera terpuruk di tengah kemajuan zaman. Hilangnya aspek buda dalam sendi-sendi kehidupan di Kota Medan, pun disampaikannya dengan ekspresi kesedihan yang berbaur kemarahan.
Usai pembacaan puisi, Tengku Zainuddin selaku inisiator tampil menjabarkan ideologi gerakan lewat orasi budaya. Dalam orasinya, aktivis sosial ini menyatakan Kaum Boemi Poetera telah kehilangan rasa percaya diri, tak mampu unggul dari orang lain.
Selanjutnya, lewat Gerakan Boemi Poetera, Tengku Zainuddin mendorong kesadaran kolektif untuk bangkit dari keterpurukan. Karena adanya rasa senasib dan sepenanggungan, dia yakin Gerakan Boemi Poetera akan membumi di seluruh penjuru negeri dalam tempo tidak terlalu lama.
“Hampir di setiap ruang dan kesempatan, kita mendengar keluh kesah Kaum Boemi Poetera atas keterpurukan yang terjadi. Di setiap sendi-sendi kehidupan kita merasa tertindas, kebudayaan kita dirampas dan dilenyapkan. Secara ekonomi kita dijajah oleh pihak asing. Tapi, sejauh ini belum terlihat ada di antara kita yang mau tampil berbuat. Untuk itu, hari ini, kita mendeklarasikan tekad untuk bangkit,” tandas Tengku Zainuddin, sebelum menutup orasi.
Sementara itu, Koordinator Perhelatan Deklarasi Indra Gunawan, menjelaskan bahwa Gerakan Boemi Poetera adalah gerakan moral.
“Gerakan ini merupakan gerakan bersama dengan ide sebagai lokomotifnya,” ucap jurnalis ini, sesaat sebelum deklarasi dihelat.
Ditegaskannya, gerakan ini bukanlah sebuah gerakan yang bersifat rasis dan tanpa kekerasan fisik sama sekali. Gerakan Boemi Poetera akan dijalankan lewat pola-pola akademik dengan mengedepankan nilai-nilai kebudayaan negeri ini. Target akhirnya adalah perbaikan sistem pendidikan, hukum dan ketatanegaraan yang menopang daya saing Boemi Poetera.
“Leluhur kita telah mewariskan kebudayaan yang mengandung nilai-nilai kebaikan tak terbantahkan. Hanya, arus informasi global telah mengakibatkan generasi Boemi Poetera menjadi generasi penghayal dan berjiwa adaptif,” tambahnya.
Tak lama lagi, lanjut dia, Indonesia akan menghadapai era ekonomi global, di mana pihak asing akan lebih leluasa mengambil peluang di negeri ini. Jika tidak siap, maka Generasi Boemi Poetera akan benar-benar hanya menjadi sasaran, bukan pelaku pasar. [KM-01]