Kakap Putih Paling Cocok di Jaring Halus

LANGKAT, KabarMedan.com | Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, adalah salah satu desa pulau wilayah pantai timur Sumatera Utara. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan kehidupannya dari hasil laut. Di tahun 1980-2000-an desa ini pernah menjadi sentra produksi ikan kerapu di Kabupaten Langkat dalam jumlahnya tidak sedikit.

Di desa ini dulunya ada sekitar 3.000 keramba yang dijadikan tempat untuk membudidayakan ikan kerapu, ikan jenahar dan beberapa jenis ikan lainnya. Saat itu, masyarakat Jaring Halus berhasil dalam sektor  perikanan. Pemasaran ikan kerapu di tahun baru Imlek, paling murah Rp 65.000 – Rp 70.0000/kg.  Ikan tersebut diekspor ke Singapura dan Thailand.

Sekarang hanya tersisa seratusan keramba yang masih aktif digunakan untuk membudidayakan ikan nila, jenahar dan kakap putih. Seorang warga, Rustam mengatakan, hancurnya perikanan kerapu di Jaring Halus karena semakin banyaknya limbah dari Sungai Wampu, yang sudah dikerok untuk menghindari banjir di Stabat. Banyaknya lumpur yang mengendap di pasir lambat laun membuat kadar asin berkurang. “Semakin tawar, banyak ikan mati,” katanya, Selasa (5/3/2019).

Lalu, sekitar tahun 2000-an, terjadi pelebaran Sungai Getek dekat muara.  Dari sebelumnya hanya selebar 2 meter, sekarang 50 meter. Hal tersebut membuat debit air tawar yang masuk ke laut semakin banyak. Sebenarnya masyarakat sudah sering mengadu ke pemerintah perihal semakin tawarnya air laut yang berimbas semakin hilangnya mata pencaharian nelayan. Namun hingga kini masih belum ada solusi yang tepat yang bisa memberikan harapan baru bagi nelayan.

“Stabat memang mulai jarang banjir, tapi kami menanggung akibatnya di sini,” katanya.

Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Langkat, Agung Sugiarta mengatakan, yang terjadi di Jaring Halus terkait semakin berkurangnya produksi ikan kerapu disebabkan faktor alam. Ketika terjadi banjir, air semakin tawar dan membuat masyarakat kemudian beralih. Dia memenarkan dulu Ika  kerapu banyak dibudidayakan masyarakat dan harganya pun menggembirakan.

Kerapu yang dibudidayakan masyarakat di Jaring Halus dijual langsung untuk diekspor hingga ke Hongkong. Namun setelah adanya larangan penjualan langsung di laut oleh Menteri Perikanan dan Kelautan RI, Susi Pudjiastuti, memengaruhi harga jual ikan kerapu. Penjualan hanya bisa dilakukan di terminal-terminal tertentu yang sudah ditunjuk, misalnya di Belawan. Selain itu, pengurusan izin ekspor juga ikan tidak lagi mudah. Saat ini, kata dia, ekspor dilakukan oleh pemegang izin di  Kecamatan Pangkalan Susu.

Karena itu, dibandingkan ikan kerapu, pihaknya lebih menyarankan kepada masyarakat untuk membudidayakan kakap putih. Ikan tersebut menurutnya lebih adaptif terhadap air tawar maupun air laut. Kakap putih juga sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Jaring Halus. Selain itu, ikan kakap putih juga bisa dibudidayakan di beberapa desa di Kecamatan Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan dan Secanggang.

“Jadi kita memang lebih merekomendasikan budidaya ikan kakap putih daripada kerapu karena tahan terhadap perubahan di alam,” katanya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.