KARO, KabarMedan.com | Rajin Sembiring Milala tampak sibuk di tengah ladang jagungnya. Sudah dua hari ini dia bersama istri dan anaknya memanen jagung di lahan seluas 5 hektare di Desa Tanah Pinem, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Dairi. Dia merasa senang karena harga jagung sedang tinggi, Rp 5.500/kg. Perkiraannya, dia bakal panen sebanyak 8,5 ton/ha.
Siang itu, Jumat (22/2/2019) dia berbagi tugas dengan istrinya yang mengutip jagung dari batangnya yang sudah rebah ke dalam karung berukuran 50 kg. Lalu Rajin lah yang mengangkat karungnya ke pinggir jalan.
“Nanti ada mobil yang datang mengambilnya untuk dibawa ke kilang jagung di ujung sana,” katanya.
Rajin mengaku sudah lebih dari 10 tahun menjadi petani jagung. Dia merasakan saat-saat harus jagung tinggi maupun anjlok. Pernah juga merugi besar karena bibit yang ditanamnya tidak tumbuh. Panen kali ini dia merasa senang karena bisa menjual jagungnya dengan harga menguntungkan, Rp 5.500/kg.
“Saya senang lah dengan harga sekarang ini. Lumayan tinggi. Tahun lalu sempat jatuh, petani rugi. Mudah-mudahan harganya terus tinggi,” ujarnya.
Ia berharap agar ketika panen melimpah pemerintah tidak mengimpor jagung. Sebab dapat berpengaruh pada harga jual jagung petani. Dia menambahkan, panen jagung di Dairi dan Karo sudah dimulai sejak pertengahan Januari. Perkiraannya, panen jagung akan selesai di bulan Maret mendatang.
“Ada juga petani yang panen Januari sekarang sudah tanam jagung lagi. Kalau saya, selesaikan dulu lah panennya,” katanya.
Tak jauh dari ladang Rajin, ada kilang milik Sudarman. Di tempat ini, aktifitas penggilingan jagung untuk untuk menjadi jagung pipil masih ramai. Namun dibandingkan akhir Januari hingga awal Februari, jumlah jagung yang masuk ke kilangnya sudah berkurang 50% karena tinggal sedikit saja yang belum dipanen.
“Di sini awal bulan Februari kemarin, dalam waktu 4 hari terkumpul 40 ton. Kalau kapasitas kilang di sini 16 ton/hari,” ucapnya.
Ketua Komunitas Petani Jagung Karo, Amin Sebayang di Tiga Binanga mengatakan, selama bertahun-tahun, baru kali ini produksi dan harga dan jagung menggembirakan karena Tuhan membantu dengan datangnya hujan.
Sebelumnya, kata dia, produksi dan harga jagung pernah jatuh, hanya 5 ton/ha dan harganya di bawah Rp 2000/kg.
“Baru panen sekarang lah yang bagus dengan panen 8 – 13 ton/ha. Kendala petani masalah harga,” katanya.
Dikatakannya, biaya operasional untuk mengolah lahan seluas 1 hektare, dibutuhkan Rp 12 juta. Jika hasil panen hanya 5 ton, dengan harga Rp 4000/kg, maka petani hanya bisa mengantongi Rp 20 juta. Dikurangi biaya operasional, tersisa hanya Rp 8 juta.
Dengan umur panen 120-130 hari, berarti pendapatan petani untuk mengelola lahan 1 hektare hanya Rp 2 jutaan/bulan. Sementara, lanjutnya, petani bekerja hampir seharian penuh. Dari pagi dia bekerja memompa air, menyiram dan segala macamnya.
“Malamnya dia harus menjaga tanaman dari gangguan babi hutan dan lain sebagainya. Ini yang harus diketahui pemerintah. Harapan kami jangan ada impor di saat petani panen,” pungkasnya. [KM-05].