Dua desa di Kabupaten Samosir, yakni Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta dan Desa Parbaba Dolok, Kecamatan Pangururan saat ini sedang berproses untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata kopi. Program agrowisata kopi ini untuk mendukung pariwisata Danau Toba.
Pegiat Perkebunan Berkelanjutan, Henry Marpaung mengatakan, dibandingkan kabupaten lain di sekitar Danau Toba, Samosir termasuk kabupaten yang baru dalam pertanaman kopi. Dia memperkirakan sudah ada ratusan hektare pertanaman kopi milik masyarakat yang ditanam secara terpencar-pencar.
Pertanaman kopi dimulai petani baru pada tahun 2000-an. Biarpun begitu, komitmen petani dan antusiasme petani untuk mengelola secara baik dan berkelanjutan cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari berhasilnya mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (SIG).
Hal yang mendasari dipilihnya dua desa tersebut sebagai kawasan untuk program agrowisata kopi karena selama ini fokus pariwisata Danau Toba hanya di kota dan ada komitmen dari pusat maupun kabupaten untuk memperluas hingga ke atas yang selain ditanami kopi tapi juga memiliki keunikan lain, danau di atas danau yakni Danau Pea Porohan.
“Jadinya kan semakin unik, tidak hanya berwisata Danau Toba, tapi juga ke Pea Porohan dan kopi. Saat ini roadmapnya sedang dibahas di Kementrian Pertanian. Dan saya katakan, walaupun yang membuat petani tapi mampu membuat kopi yang tak kalah dengan yang dihidangkan di kafe-kafe,” katanya, Senin (25/2/2019).
Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawaty mengatakan, program agrowisata kopi ini didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Pemerintah Kabupaten Samosir sudah menyambut dengan baik. Pihaknya juga menggandeng Bank Indonesia yang tertarik untuk terlibat dalam penguatan masyarakat petani kopi baik dalam pengelolaan di hulu ataupun di hilirnya.
“Karena itu kita sudah mulai memfokuskan bantuan ke sana. Koita sosialisasikan ke kabupaten supaya ini juga jadi perhatian kabupaten, bahwa ini tidak bisa hanya dari provinsi sana. Pemkab juga harus bergerak kencang,” katanya
Dengan program agrowisata ini dia berharap bisa tumbuh perekonomian masyarakat. Sinergi hulu dan hilir bisa terjadi dan masyarakat berperan aktif. “Petani bisa ciptakan rasa wine, kopi dengan body berat, aneka produknya lah. Diharapkan Pemkab membuat kafe ala petani, tak harus mencontoh kafe besar, ala petani saja tapi ada yang bisa diperjualbelikan di sana,” katanya. (KM-05)