Nestlé DANCOW BATITA Hadirkan Gerakan Senam Tanggap! di Medan

MEDAN, KabarMedan.com | Nutrisi dan stimulasi merupakan dua aspek penting dalam mencapai tumbuh kembang anak yang optimal. Dimana, nutrisi seperti minyak ikan, zat besi, dan zink dapat merangsang ketanggapan anak untuk merespon lingkungan sekitarnya.

“Nutrisi dari dalam dan stimulasi akan mendorong perkembangan kognitif dari luar,” kata pakar gizi masyarakat Prof Dr Ir Ali Khomsan, dalam acara gerakan senam tanggap yang diadakan Nestle Dancow Batita, di Gedung Auditorium Unimed, Sabtu (14/11/2015).

Salah satu cara untuk menumbuhkan stimulasi si anak, kata Ali, adalah dengan melakukan senam tanggap. Dimana, senam ini  menjadi cara untuk menstimulasi otot motorik kasar si anak dalam proses tumbuh kembangnya.

“Dengan senam tanggap, tidak hanya membuat tubuh anak menjadi lentur, tetapi juga melatih keterampilan motorik, koordinasi penglihatan, serta mengasah kemampuan sosialisasi pada anak,” sebutnya.

Dijelaskan Ali, gerakan pada senam tanggap dapat dibuat dengan sederhana. “Hanya dengan iringan lagu yang ceria serta berdurasi pendek agar mudah diikuti oleh anak usia prasekolah. Anak yang dapat mengikuti gerakan-gerakan senam tersebut menunjukkan bahwa mereka adalah anak yang tanggap,” ungkapnya.

Trida Rachel Angelina, selaku Brand Manager Nestlé Dancow Batita mengungkapkan, gerakan senam tanggap ini merupakan hasil pengembangan Nestle Dancow Batita bersama Prof Ali Khomsan dan Psikolog Mayke Tedjasaputra.

“Nestlé Dancow Batita menghadirkan gerakan senam tanggap untuk membantu anak usia prasekolah mencapai tumbuh kembang yang optimal melalui penekanan pada aspek stimulasi, melengkapi aspek nutrisi,” ujarnya.

Rachel menuturkan, kegiatan ini sendiri diadakan bekerja sama dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Gerakan senam tanggap sebelumnya telah diluncurkan September lalu di Jakarta merupakan kelanjutan dari program Posyandu Tumbuh-Aktif-Tanggap (TAT) bersama PKK.

“Medan merupakan Kota ke-11 dari keseluruhan penyelenggaraan gerakan senam tanggap di 17 kota di Indonesia,” tuturnya.

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kata Rachel, prevalensi gizi buruk pada anak usia balita dalam skala nasional mencapai 19,6 persen, bertubuh pendek (stunting) sebanyak 37,2 persen dan obesitas 11,9 persen.

“Kondisi seperti ini disebut sebagai beban ganda malnutrisi dimana terdapat anak-anak yang masih mengalami malnutrisi, namun di sisi lain terdapat juga anak-anak yang obesitas. Kondisi-kondisi tersebut dapat menghambat tumbuh kembang si kecil sehingga tidak optimal dan juga membuat mereka menjadi rentan terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, dan lainnya,” pungkasnya. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.