Petani Cabai di Sidodadi Ramunia Panen 25 Ton Per Hektare

Pertanaman cabai di Dusun Cilacap, Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Deli Serdang menunjukkan hasil yang baik. Meskipun cuaca terik, petani tetap bisa menghasilkan panen hingga 25 ton per hektare. Foto : Sumut News

MEDAN, KabarMedan.com | Pertanaman cabai di Dusun Cilacap, Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Deli Serdang menunjukkan hasil yang baik. Meskipun cuaca terik, petani tetap bisa menghasilkan panen hingga 25 ton per hektare. Lahan panen ini sebelumnya mendapatkan bantuan pemulihan ekonomi di pasa pandemi COVID-19 dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Ketua kelompok Tani Sadar di Dusun Cilacap, Muhammad Sofyan mengatakan, ada 4 hektare lahan yang dikelola Ketua Kelompok Tani Sadar dan mendapatkan bantuan berupa mulsa, pupuk, obat-obatan dan lainnya dari Pemerintah melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut.

Untuk diketahui, lokasi pertanaman cabai ini hanya berjarak sekitar 9 kilometer dari Bandara Internasional Kualanamu. Dia sendiri, awalnya hanya menanam padi dan kedelai. Namun karena dianggap kedelai kurang menguntungkan, dia pun beralih ke cabai. Hingga sekarang, dia baru 7 tahun menanam cabai.

Ketua kelompok Tani Sadar di Dusun Cilacap, Muhammad Sofyan mengatakan, ada 4 hektare lahan yang dikelola Ketua Kelompok Tani Sadar dan mendapatkan bantuan berupa mulsa, pupuk, obat-obatan dan lainnya dari Pemerintah melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut. Foto : KabarMedan.com

“Cabe ini menjanjikan kalau harganya stabil dan hasilnya memuaskan. Walaupun juga pernah mengalami kerugian ketika harganya jatuh,” katanya ketika ditemui di lahannya pada Rabu (24/2/2021) siang.

Menurutnya, pandemi COVID-19 telah berpengaruh ke hampir semua sektor. Tak terkecuali petani di Dusun Cilacap ini. “Perekonomiannya agak berat. Bekerja pun katanya ini itu. jadi kita kan pening juga. jadi kita ini lah usaha nanam cabe,” ujarnya.

Baca Juga:  Kuasa Hukum Ungkap Kejanggalan di Rekonstruksi Kasus Penembakan Anak 13 Tahun: "Ada Peristiwa yang Tertinggal"

Di lahan seluas 4 hektare baru dua kali panen. Masih ada sekitar 13 kali panen lagi. Perhitungannya, dari 1 batang bisa menghasilkan 1 – 1,2 kg. Dalam 1 hektare, dia menanam sekitar 17.000 batang. Jika dikalikan, maka hasil panen cabe mencapai 20 hingga 25 ton.
“Hasil panen per hektare 25 ton dan untuk dijual di lokal saja. Agen datang sendiri kemari,” katanya.

“Biaya produksi tiap 1 batang tanaman itu Rp 15.000. Dan tiap batangnya bisa menghasilkan 1 – 1,2 kg. Maka agar petani bisa untung, harga cabe harus di atas biaya produksi. Seperti sekarang ini, harga di petani Rp 25.000 per kilogram,” ujarnya.

Menurutnya, harga dan iklim yang cenderung tidak menentu menjadi tantangan bagi petani. Misalnya di saat panas seperti sekarang ini. Kalau tidak hati-hati, maka telus kutu cepat menetas dan bisa menghancurkan tanaman. Karena itu harus ada perhatian ekstra.

Begitu juga ketika curah hujan tinggi, bisa menyebabkan tanaman layu kemudian mati, dia menyebutnya dengan istilah mati gadis. “Cabe ini kan tidak ada HET (harga eceran tertinggi). Harapannya bisa dibikin lah HET di atas Rp 15.000. Jadi walaupun cabe itu banyak, petani tetap bisa untung,” katanya.

Baca Juga:  Kuasa Hukum Ungkap Kejanggalan di Rekonstruksi Kasus Penembakan Anak 13 Tahun: "Ada Peristiwa yang Tertinggal"

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Dahler Lubis mengatakan, dalam upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID19, pemerintah sumatera utara menggelontorkan bantuan kepada petani cabe seluas 422 hektare di 22 kabupaten/kota.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Dahler Lubis mengatakan, dalam upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19, pemerintah sumatera utara menggelontorkan bantuan kepada petani cabe seluas 422 hektare di 22 kabupaten/kota. Foto : KabarMedan.com

“Di Deli Serdang ini, yang dibantu seluas 35 hektare. Di Sidodadi ini, kita bantu 4 hektare. Dan di sini kita lihat, ini cukup bagus. Hasil panen dijual Rp 25.000 per kilogram di tingkat petani, dan di pasar Rp 30.000 – 40.000,” katanya di lokasi.

Menurutnya, Sumut mengalami suprlus produksi cabe. Kebutuhan cabe di Sumut di kisaran 120.000 ton per tahun. Sedangkan produksi mencapai 170.000 ton sehingga masih bisa dikirim ke Batam, Riau, dan daerah lainnya. “Di sini kita bantu petani berupa pupuk, mulsa, obat-obatan dan lainnya. Sedangkan bibitnya, bibit lokal,” katanya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.