Prospek Ubi Kayu di Sumatera Utara

MEDAN, KabarMedan.com | Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang banyak ditanam  petani karena dianggap masih memiliki  prospek positif. Di Medan, salah satu tempat pertanamannya ada di Kecamatan Medan Tuntungan, tepatnya di  Desa Sidomulyo dan Namu Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Petani menanam ubi kayu kuning di antara tanaman cabai, bayam, bawang merah, kacang panjang dan lainnya. 

Wahyu alias Paito memiliki 7.000 meter2 di Desa Namu Gajah yang ditanami ubi kayu yang saat ini sedang dipanen dan 1 hektare lagi di Desa Sidomulyo, masih berumur 3 bulan tanam. Wahyu tersenyum lebar saat ditemui di ladangnya yang tengah dipanen. Dia masih percaya bahwa prospek ubi kayu tetap baik, khususnya ubi kayu kuning.

Di Medan Tuntungan, umumnya ubi kayu yang ditanam adalah ubi kayu kuning. Ubi kayu kuning adalah untuk konsumsi setelah diolah menjadi opak. Ukuran ubi kayu kuning juga tidak besar, hanya 3-4 kg/batang.

Berbeda dengan ubi kayu putih yang berukuran besar dan diperuntukan menjadi bahan baku pembuatan tepung tapioka. Di beberapa tempat di Kabupaten Deli Serdang, Karo, Dairi, Simalungun, Asahan dan lainnya, kata dia, banyak ditanami ubi kayu putih. Dari 1 batang, bisa menghasilkan 50 kg ubi.

Dia mengakui, sekitar dua tahun lalu harga ubi kayu sempat anjlok dari Rp 1.600/kg menjadi Rp 600/kg. Namun masih lebih baik dari petani di Lampung yang hanya Rp 400/kg. Saat ini, harga ubi kayu Rp 1.500/kg. Naik Rp 50 dari satu bulan yang lalu.

Dia berharap, selain harganya yang menguntungkan, produksinya pun bisa naik dari sebelumnya. Rata-rata produksi 1 hektare, ubi kayu bisa menghasilkan 35-40 ton. “Setahun yang lalu bisa dapat segitu. Kalo sekarang ini kurang tahu saya. Panennya belum siap semua. Masih beberapa hari lagi,” katanya, Jumat (22/2/2019).

Ubi kayu membutuhkan waktu panen 9-12 bulan. Di lahannya yang 7.000 meter2, usia ubi kayu 9 bulan. Dia tidak kesulitan untuk memasarkan ibunya karena sudah ada pabrik opak di Tuntungan yang siap menampungnya, kapanpun panen. “Ini nanti langsung lah dibawa ke pabrik,” katanya.

Ronistra Ginting, seorang petani ubi kayu putih mengatakan, harga di pasaran bervariasi. Di Pematang Siantar Rp 1.250/kg. Sedangkan di Tebing Tinggi Rp 1.240/kg dan di Karo Rp 1.255/kg. Menurutnya, fluktuasi harga membuat banyak petani ubi kayu yang menahan diri untuk menanam dalam skala luas.

Dia punya lahan ubi kayu di Tanah Karo, Porsea, Lumban Julu, Talun Kenas. Untuk ubi dari Talun Kenas hasil panennya dibawa ke Serdang Bedagai dan Tebingtinggi. Sedangkan dari daerah Porsea dibawa ke pabrik tepung tapioka yang berada di Siborong-borong. Begitupun tidak seluas dulu.

Menurutnya, penyebab anjloknya harga ubi dua tahun lalu karena tepung tapioka tidak lagi laku di pasar ekspor. Tiongkok yang selama ini menjadi negara tujuan ekspor tepung tapioka dari Sumatera Utara menutup diri dan berinvestasi ubi kayu (singkong) di Vietnam.

Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, realisasi pengembangan ubi kayu tahun 2018 dilakukan di Serdang Bedagai seluas 100 hektare. Realisasi pengembangan Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) dari dana APBD 2017, pengembangan ubi kayu di Sumatera Utara seluas 10 hektare di Deli Serdang. Kemudian Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Asahan dan Tebing Tinggi masing-masing 5 hektare. Totalnya, 30 hektare. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.