MEDAN, KabarMedan.com | Beragam cara dilakukan warga muslim di dunia dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. ’Junjung Duli’ misalnya, tradisi turun-temurun dari Kesultanan Deli yang dilaksanakan di hari pertama Idul Fitri, setiap tahunnya.
Dalam bahasa umum tradisi Junjung Duli bisa disebut sebagai open house. Jadi setiap hari pertama Idul Fitri, Sultan Deli berinteraksi dengan seluruh masyarakat Melayu pada umumnya dan Melayu Deli pada khususnya. Ini sudah dimulai sejak Sultan Deli I.
Tradisi ini diawali dengan Sultan Deli yang mendatangi Masjid Raya Al Mashun di Jalan Sisingamangaraja, Medan, yang terletak sekitar 100 meter dari Istana Maimoon. Untuk melaksanakan Shalat Ied bersama keluarga kesultanan dan masyarakat Melayu Deli. Sesampainya di pintu masjid, Sultan akan disambut oleh Imam Besar Masjid Raya Al Mashun.
Saat di pintu, Sultan akan berhenti sejenak mendengarkan takbir yang berkumandang. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengakuan akan sebuah kekuatan yang lebih besar dari dirinya, yaitu Allah SWT.
Barulah Sultan masuk dan duduk pada shaf yang sudah ditentukan. Sehabis shalat, Sultan pun bersalaman dengan jemaah yang hadir sebagai ucapan selamat atas keberhasilan melalui ujian satu bulan penuh. Kemudian Sultan kembali ke istana untuk melepas lelah.
Masyarakat yang mengikuti Sultan dari Masjid Raya Al Mahsun akan disambut oleh para Bantara atau pejabat istana. Kemudian mereka diarahkan untuk memasuki ruangan Balairung Sri Utama.
Masyarakat pun masuk dari dua pintu yang dibagi berdasarkan atas dua kelompok. Kelompok pria akan masuk dari pintu utama, sementara kelompok wanita masuk dari pintu Balairung Kanan Istana Maimoon untuk kemudian duduk terpisah. Gambaran kuatnya tradisi Islam.
Kemudian Bantara mengumumkan bila Sultan Deli siap untuk memasuki Balairung Sri Utama. Di situ Sultan akan didampingi oleh Datuk Empat Suku, satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari Sultan Deli. Datuk Empat Suku ini sendiri memegang peranan penting dalam pengangkatan Sultan Deli meskipun tidak punya wewenang untuk menurunkan atau menggantikan Sultan.
Junjung Duli ini akan dimulai dengan penghaturan sembah sekaligus bersalaman kepada Sultan Deli oleh Datu Empat Suku diikuti pejabat istana, orang-orang bergelar, dan masyarakat khususnya kelompok pria. Setelah kelompok pria selesai menyampaikan penghormatan, giliran Sultan Deli yang bangkit untuk menemui kelompok wanita yang terdapat di bahagian belakang.
Ini merupakan bentuk penghormatan Sultan Deli kepada kaum wanita yang dianggap sebagai sumber penerus garis keturunan kesultanan. Makanya Sultan yang mendatangi kelompok wanita tadi yang sudah menunggu untuk menyambut.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan makan bersama di ruang makan yang dipimpin oleh Sultan Deli. Bagian ini sekaligus puncak dari tradisi ‘Junjung Duli’ itu sendiri, dimana antara Sultan Deli, Datuk Empat Suku, Pejabat Istana, Orang Bergelar, dan masyarakat berbaur tanpa sekat untuk menyantap menu khas Istana Maimoon yaitu lontong dan Roti Jala. Untuk tradisi ini setiap tahunnya pihak istana pun menyiapkan 500 hingga 700 porsi. [KM-01]