MEDAN, KabarMedan.com | Keripik Sambal Nyonya, sebuah produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berbasis di Kota Medan, telah berhasil mencuri perhatian dengan cita rasa lezatnya yang juga menjunjung tinggi nilai kesehatan.
Beradaptasi dengan era digital, pemilik usaha ini telah membuktikan bahwa produk tradisional dapat berkembang tanpa harus mengorbankan kualitas.
Syaiful Akbar Nasution, pemilik usaha ini, menekankan konsep utama mereka: “Lezat dan sehat.
” Salah satu hal yang membedakan mereka adalah penggunaan 100 persen cabe asli, tanpa pengawet, MSG, atau pewarna buatan. “Warna dan rasanya asli,” kata Syaiful.
Usaha ini sebenarnya dimulai oleh orangtuanya pada tahun 1991, yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah ubi menjadi makanan gurih dan lezat.
Keterampilan ini mewarisi kepada Syaiful, yang kemudian meneruskan usaha tersebut hingga mencapai tingkat perkembangan saat ini.
Produk keripik ini hadir dalam dua varian rasa: pedas dan original, dengan harga sekitar Rp15 ribu per bungkus. Mereka juga menerima pesanan kiloan dengan harga Rp60 ribu/kg untuk varian pedas dan Rp40 ribu/kg untuk varian original.
“Keripik Sambal Nyonya kini memiliki banyak reseller, yang membantu kami menjaga kualitas,” ungkap Syaiful, yang juga merupakan binaan Kelurahan Sitirejo III dan Kecamatan Medan Amplas.
Setiap harinya, produksi keripik ini menghabiskan 30 hingga 50 kilogram ubi. “Kualitas ubi sebagai bahan utama sangat penting bagi produk kami,” tambahnya.
Syaiful juga bijaksana dalam memanfaatkan digitalisasi. Selain menjual secara konvensional, dia juga memanfaatkan platform online dan media sosial sebagai etalase produk mereka. Bahkan, Keripik Sambal Nyonya ini tersedia dalam e-katalog lokal Medan.
Pembeli dapat dengan mudah memesan produk ini melalui Instagram Keripik Sambal Nyonya atau dapat ditemukan di toko oleh-oleh Medan Parpar dan JNE Amplas.
Bagi yang ingin berkunjung langsung, alamat usaha mereka ada di Jalan Selamat Nomor 192 Lingkungan 9 Sitirejo III Medan Amplas.
Keripik Sambal Nyonya bukan hanya sekadar camilan lezat, tetapi juga merupakan contoh bagaimana UMKM dapat berkembang dan beradaptasi di era digital sambil menjaga kualitas dan cita rasa tradisional yang tak tergantikan.[KM-04]