SERDANG BEDAGAI,KabarMedan.com | Ikan Grandong, yang juga populer disebut ikan tengkorak, bagian kepala ikan Tilapia, yang badannya merupakan olahan ikan fillet dari PT. Aquafarm Nusantara (Regal Springs Indonesia) berdampak positif bagi pelaku usaha lokal untuk peningkatan ekonomi.
Seorang pedagang ikan grandong yang sudah berjualan kurang lebih 13 tahun lamanya Jatubu Sipayung, warga Dusun II Desa Pekan Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai mengaku, usaha ikan grandong ini sangat membantu perekonomian keluarganya.
Menurut cerita Sipayung, sejak melakoni usaha itu tahun 2010 silam hingga saat ini, keuntungan puluhan juta rupiah sudah ia peroleh. Ia mengisahkan memulai berdagang sejak berhenti bekerja dari PT. Aquafarm Nusantara (RSI) pada waktu itu. Ia mengundurkan diri dan memutuskan jualan ikan grandong karena mengetahui pasar ikan tersebut.
“Dulunya saya bekerja di sana (PT. Aquafarm Nusantara) lalu berhenti dan memutuskan jualan ikan grandong, kami menyebutnya dulu Coller Bone”, ujar Sipayung di kediamannya, Selasa (31/10/2023)
Keputusannya berjualan ikan grandong bukan tanpa alasan. Bermodal eks pekerja di PT. Aquafarm itu, Ia meyakini pasar ikan tersebut akan meledak di pasar tradisional.
“Kalau kita itu mau melakukan sesuatu harus tau dulu apa yang harus kita buat. Kalau ikan grandong itu kita udah tau, karena dulunya bekerja di perusahaan tersebut”, katanya.
Hal itu ia rasakan, pada periode waktu 2010 hingga 2017, dengan memperoleh keuntungan rata-rata 400 ribu perhari dari jualan ikan grandong 200 bungkus di Pasar Tradisional Sialang Buah.
“Kalau dulu lebih dari cukup, sehari saya bisa dapat untung 400 ribu, dengan jualan 200 bungkus bahkan lebih. Jika dikalikan kalau sebulan bisa dapat sekitar 3 ton dengan harga perbungkus 6000 rupiah”, ujarnya.
Namun, masa sulit itu datang pada masa pandemi COVID-19. Dimulai dari saat itu hingga sekarang pendapatan terus menurun, ditambah lagi saat ini dijual bebas di pasaran.
“Kalau dulu kan lebih dari cukup, sekarang perbulan hanya 500 Kg saja. Jika dibagikan rata-rata 30 Kg yang bisa saya jual perhari itu pun gak habis, tapi lumayan la sebulan bisa dapat 1,300juta gitu”, ucapnya.
Ia pun memflashback ke belakang awal mulanya memperoleh ikan grandong tersebut. Pada waktu itu katanya, Ia memperoleh barang melalui DO di Koperasi PT. Aquafarm Nusantara, dengan harga ambilan 2500 rupiah.
Namun sekarang berbanding jauh, dengan harga 8500 di KCP dan 9000 melalui agen dari luar dengan harga jual di pasar sekitar 13000 rupiah. Ia pun mengaku kalau saat ini dirinya mengambil pasokan dari luar pabrik atau pedagang lainnya (agen).
Meski begitu ia bersyukur, berkat berjualan ikan grandong dari PT. Aquafarm Nusantara dapat menopang perekonomiannya bahkan bisa digunakan juga untuk hal lainnya.
“Yang jelas saya sangat bersyukur hingga saat ini masih eksis berjualan ikan grandong meski tidak seperti dulu, namun hasil dari berjualan ini dapat mmenopang ekonomi kami sekeluarga bahkan membangun rumah juga uangya sebagian dari hasil ikan grandong”, pungkasnya.
Sementara itu, Sri Rusmianawati selaku Processing Plant Director Regal Springs Indonesia beberapa waktu lalu mengatakan, keberadaan pabrik pengolahan Regal Springs Indonesia di Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan dapat memberikan lebih banyak akses dan peluang untuk masyarakat sekitar wilayah operasional.
Baik itu untuk memberikan alternatif mata pencarian, peningkatan lapangan pekerjaan, menjaga tersedianya bahan pangan yang bergizi untuk masyarakat serta berkolaborasi bersama pemangku kepentingan.
Selain itu, untuk turut mendukung pergerakan roda ekonomi lokal, menciptakan alternatif mata pencarian dan menjaga ketersediaan bahan pangan, Regal Springs Indonesia juga menyediakan produk-produk sampingan untuk kebutuhan masyarakat di Serdang Bedagai.
Produk-produk tersebut antara lain :
Kepala ikan, tetelan ikan, perut ikan, tetelan perut ikan, ikan kerangka duri dan lainnya.
Saat ini ada lebih dari 30 buyer / pedagang eceran binaan Koperasi Karyawan Aqua Farm Nusantara Makmur Sejahtera (ANMS) dari seputar lingkungan perusahaan.
Pembelian sebagiannya melalui koperasi tersebut, dengan rata-rata pengambilan produk 50-150kg.
Saat ini, permintaan atas ketersediaan produk / bahan pangan dari ikan tilapia di Kabupaten Serdang Bedagai ini terus bertumbuh, dengan rata-rata sekitar 5%.
Dengan pertumbuhan permintaan selama beberapa tahun terakhir, produk ikan tilapia telah menjadi komoditas penting dalam makanan dan bisnis lokal.
Pedagang eceran biasanya menjual kembali produk-produk tersebut ke pembeli, dan dimanfaatkan untuk bahan dasar masakan, sajian skala rumah tangga, UMKM, restoran dan lainnya
“Dengan pertumbuhan tersebut, menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan bergizi di Kabupaten Serdang Bedagai semakin meningkat”, tukasnnya.[KM-04]