MEDAN, KabarMedan.com | Dalam program pertukaran pemuda AIYEP (Australia – Indonesia Youth Exchange Program), para pemuda Indonesia dari berbagai wilayah Provinsi di Indonesia berkesempatan untuk belajar di Australia.
Mereka menetap disana selama 4 bulan dengan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan oleh program AIYEP tersebut, mereka tinggal dengan suasana baru dan keluarga angkat sebagai keluarga baru mereka.
Pada Program AIYEP, 18 orang peserta dari Indonesia memperkenalkan budaya, seni dan tarian Indonesia disana. Begitupun sebaliknya Australia juga memperkenalkan budaya mereka.
Pertunjukan budaya berlangsung di Balai Kartini, KBRI Canberra yang telah memukau publik Australia yaitu para Menteri, industri perdagangan, guru-guru, juga Duta Besar, dan staf KBRI ikut antusias melakukan gerakan tarian Tor Tor ini begitu pun para pelajar sekolah.
Salah satu peserta adalah Suryadi sebagai perwakilan dari Sumatera Utara. Selama program berlangsung, Suryadi terpilih sebagai pelatih untuk melatih pelajar sekolah dasar Australia, khususnya pada tarian Tor Tor dan kebetulan ia juga berdarah Batak.
“It just Amazing! Sangat teramat senang untuk saya dapat melatih para pelajar sekolah dasar di Australia dengan mengajarkan tarian Tor Tor, semangat dan antusias mereka luar biasa,” ungkap Suryadi.
Tarian Tor Tor merupakan budaya Indonesia yang sangat terkenal dan dilestarikan. Tarian yang ada sejak sekitar abad ke-13 khususnya budaya suku Batak.
Tarian yang menjadi sebuah ekspresi gerakan estetis serta artistik ini dapat dipertunjukkan secara perorangan maupun kelompok dengan diiringi sebuah alat musik seperti gondang yang juga merupakan alat musik khas masyarakat Batak.
Pada masa kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tari Tor Tor sedikit banyak juga mendapatkan pengaruh. Hal ini dapat dilihat dari makna yang terkandung dalam setiap gerakan tarian tersebut.
Dalam perkembangannya tarian yang identik dengan gerakan menolak bala dan menjunjung beringin ini secara signifikan menyebarluas.
Selain itu, fungsi dari tarian sakral yang dilakukan sebagai upacara adat oleh orang-orang Batak ini perlahan bergeser mengarah sebagai hiburan baik dalam acara resmi, Pemerintahan maupun acara perkawinan biasanya sebagai acara pembuka ataupun penutup. [KM-01]