MEDAN, KabarMedan.com | Nama Arung Buana Siregar mungkin tidak terkenal oleh masyarakat kampus Universitas Sumatera Utara. Namun, prestasi mahasiswa jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian ini untuk membanggakan nama Universitas Sumatera Utara sangatlah harus di apresiasi.
Bagaimana tidak, mahasiswa tingkat akhir ini telah meraih hampir 41 penghargaan di skala nasional dan Internasional di masa kuliahnya. Di saat semester enam lalu Arung menemukan penemuan yang sangat perlu di apresiasi. Arung Buana melakukan penelitian dan menemukan cara baru dalam penanaman benih sawit.
Cara baru menanam benih sawit ini lebih efektif dan efisien karena menggunakan media tenaga air atau hidroponik. Penemuan ini di beri Arung judul “Metode Kelapa Sawit secara Hidroponik”.
Pada umumnya penanaman benih sawit menggunakan sistem prenursery dan main-nursery. Dimana, kedua sistem itu tahapannya sama yakni ditanam menggunakan polibek sebagai medianya. Lalu, setelah tiga bulan dipindahkan ke lahan utama. Tapi kedua sistem itu terbilang masih memerlukan biaya produksi yang besar.
Arung sendiri berfikir bahwa, ongkos produksi untuk prenursery ini terbilang cukup tinggi, membutuhkan polibek yang banyak, kualitas tanahnya juga harus yang terbaik seperti pupuk kompos misalnya. Tanahnya harus terbebas dari penyakit ganoderma yakni penyakit yang menyerang kelapa sawit. Lalu perawatannya harus lebih intens. Jika tidak disiram dalam satu hari saja akan mengganggu. Itu yang menyebabkan harga produksi yang tinggi.
Arung mencoba melakukan penelitian agar mempermudah serta memperendah harga produksi dari penanaman kelapa sawit ini, juga menurutnya penanaman kelapa sawit secara hidroponik memiki lebih banyak keuntungan. Dengan tenaga air, tidak perlu lagi menyiram. Artinya, akan mengurangi ongkos produksi untuk kebutuhan menyiram. Tempatnya juga hemat. Jika dengan sistem prenursery, membutuhkan lahan yang cukup besar.
Keuntungan lainnya dapat di lihat dari dengan menggunakan metode hidroponik hanya dengan lahan 10 meter saja, tapi bisa dibuat bertingkat. “Bisa 10 kali lipat. Biasanya 1 hektare dapat 143 tanaman, dengan sistem hidroponik ini bisa sampai 600 tanaman. Sehingga tidak perlu pupuk pada umumnya, seperti NPK.
Tapi, hanya pakai pupuk dasar saja. Bahkan pertumbuhannya lebih cepat. Selain itu, dari morfologisnya (bentuk luarnya) memilki hasil yang lebih baik Dengan adanya temuan penanaman benih sawit dengan cara hidroponik ini, Arung, berharap bagaimana ilmu ini bisa tersebar kepada masyarakat luas. Khususnya petani sawit, bisa melakukan penanaman benih sawit menggunakan sistem hidroponik.
Tidak hanya penemuan metode kelapa sawit secara hidroponik, penemuan lainnya dalam bidang teknologi pertanian sudah pernah memenangkan dua kategori sekaligus yakni Medali Perak, International Invention and Design Expo dan The Best International Inovation, tahun 2016 di Taiwan.[KM-03]