AFI 2014 Momen Kebangkitan Film Sumut

KABAR MEDAN | Komunitas Film (KoFI) Sumut bersama dengan Panitia Pelaksana Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 dibawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Badan Perfilman Indonesia (BPI), menggelar berbagai kegiatan diskusi, workshop singkat, serta pameran komunitas film sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014. Rangkaian kegiatan ini diselenggarakan di Istana Maimoon, Medan tanggal 12-13 September 2014.

Dalam pameran bertajuk “Dari Sumatera Utara Untuk Film Indonesia” ini, KoFI Sumut menyusun display sejarah perfilman Sumatera Utara 1953-sekarang, terdapat pula rangkaian acara presentasi dan diskusi untuk memberikan apresiasi bagi film-film yang pernah menang ataupun masuk nominasi berbagai festival internasional, nasional dan lokal. Selain itu, disiapkan juga display pameran produk-produk animasi dan industri film lokal.

“Akan ada banyak aktivitas yang dapat menambah khazanah pengetahuan kita bahwa perfilman Sumatera Utara pernah jaya. Bahkan pernah ekspansi membuat film di Jakarta dan Jawa,” ujar juru bicara KoFI Sumut, Juhendri Chaniago.

Kegiatan ini melibatkan puluhan komunitas film yang ada di Sumatera Utara. Baik komunitas muda, senior, penikmat, pengamat, dan production house film. Berbagai film dari jenis fiksi, dokumenter, maupun animasi yang pernah diproduksi di Sumatera Utara semisal Musang Berjanggut (Pietrajaya Burnama,1983), Turang (Bachtiar Siagian, 1957), Butet (SA. Akrim, 1974), Buaya Deli (Mochtar Soemodimedjo,1978) dan banyak lagi film di era modern semisal Nggara (Ori Semloko, 2013), Tano Parsirangan (Pontyanus Gea, 2012), Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung, 2012), dan film-film lainnya akan dipresentasikan dalam pameran ini.

Melalui gelaran Pameran Komunitas Film Sumatera Utara ini diharapkan mampu memperkenalkan gebrakan dan geliat para penggerak perfilman Sumatera Utara melalui komunitas film yang tersebar di seluruh Sumatera Utara kepada masyarakat umum. Acara ini sekaligus membuktikan bahwa gebrakan yang dilakukan oleh jaringan komunitas ini sekarang harus menyatu dan terarah. KoFi Sumut adalah paguyuban komunitas-komunitas film di Sumatera Utara. Lahir karena kerinduan untuk saling bersilaturahmi di antara para penggiat dan simpatisan film di Sumatera Utara.

“Kita pernah berjaya, tapi sejak 1983, khususnya setelah Festival Film Indonesia (FFI) di Medan, perfilman Sumut mati suri. Jadi, AFI 2014 ini harus menjadi momen bagi perfilman Sumatera Utara untuk bangkit seperti era 1953-1983. Mari sama-sama kita apresiasi film Sumatera Utara,” kata Manu Gintings dari Manu Project.

Begitu juga dengan semangat industri lokal. Ada banyak production house lokal yang telah memproduksi film-filmnya untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Sumatera Utara.

“Ini salah satu ciri khas dari perfilman di Sumut. Ketika ruang-ruang begitu banyak monopoli, kita buat ruang sendiri,” ujar Ori Semloko, dari Cress Film. [KM-01 | rel]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.