MEDAN, KabarMedan.com | Organisasi profesi jurnalis diharapkan dapat memperkuat para pekerja media untuk mempertahankan sikap independensinya dalam pemberitaan Pilkada.
Harapan ini disampaikan akedemisi Universitas Sumatera Utara, Heri Kusmanto, pada Dialog Publik “Independensi Media Dalam Pemberitaan Pilkada”, yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, di Hotel Grand Darussalam Syariah, Jumat (6/11/2015).
Heri mengatakan, sikap jurnalis dalam pemberitaan tidak hanya ditentukan oleh sikap pribadi, namun juga sangat ditentukan oleh atasan atau pemilik media. Karena itu asosiasi harus terus mendampingi dan mengedukasi para jurnalis yang terpasung itu untuk tetap mengedepankan independensi.
“Organisasi profesi harus melindungi jurnalis yang berada dalam kondisi tidak berimbang (akibat bekerja di perusahaan media),” katanya.
Sementara itu, analis media dari Yayasan Kajian Informasi, Pendidikan, dan Penerbitan Sumatera (KIPPAS), J Anto mengatakan, saat ini adalah musim panen bagi perusahaan media. Media berlomba-lomba untuk mendapatkan kue iklan dari pasangan calon peserta pemilu dan akhirnya cenderung berpihak kepada pasangan calon yang memiliki dana kampanye lebih besar.
“Tapi keberpihakan ini tergantung waktu. Nanti setelah Pilkada selesai, pada masa normal, keberpihakan media biasanya kembali lagi ke publik. Pemberitaan media bisa kembali mengkritik kebijakan pemerintah,” katanya.
Lebih lanjut, Ketua AJI Medan Agoez Perdana mengatakan, independsi menjadi tantangan klasik bagi pekerja media. Namun, diantara tegangan kepentingan pemilik media, pekerja media tetap dapat menilai independensinya dengan mengacu pada Pedoman Perilaku Jurnalis Indonesia.
Dalam dialog tersebut muncul juga dukungan terhadap jurnalisme warga yang muncul dalam berbagai platform media seperti social media dan blogger. Jenis jurnalisme ini menjadi pilihan yang baik untuk warga yang menginginkan independensi dalam pemberitaan Pilkada karena karakternya berbeda dengan jurnalisme yang didorong oleh industri.
Narasumber lainnya, Komisioner KPU Medan, Edy Suhartono mengatakan, penyelenggara Pemilu, khususnya di Kota Medan, saat ini dihadapkan problem kurangnya partisipasi dalam pemilihan. KPU sendiri menurut Edy, telah menyiapkan nerbagai program, seperti pilot project Rumah Pintar Pemilu sebagai solusi.
“Tingkat partisipasi di Medan pada Pemilu yang lalu 54 persen. Paling rendah di Indonesia. Target nasional adalah 75 persen. Kami juga berharap media tidak hanya menjalankan fungsi kontrol sosial, tapi juga fungsi informasi, dengan memberikan penyadaran tentang pentingnya menggunakan hak pilih,” pungkasnya. [KM-01]