Atur Keuangan Agar Tidak ‘Kanker’ Pasca Lebaran!

bokek

[kabarmedan.com] Tidak sedikit orang yang keuangannya menipis atau kanker (kantong kering) pasca lebaran. Banyaknya keperluan sebelum dan sesudah lebaran membuat pengeluaran membengkak. Agar bisa bertahan pasca lebaran, ini cara mengatur keuangan dari Perencana Keuangan ternama, Lisa Soemarto.

Lisa menjelaskan, biaya untuk lebaran sebaiknya dimasukkan ke dalam anggaran tahunan. Tidak lupa menyertakan anggaran bulan puasa ke dalam dana menyambut Hari Raya. Kegiatan saat Ramadan penting diperhitungkan karena umumnya pengeluaran ketika bulan puasa lebih banyak dari biasanya.

“Dalam pengaturan anggaran, ada anggaran bulanan, tahunan, dan jangka panjang. Biaya selama Ramadan nggak kecil jadi nggak mungkin nggak dibudgetin. Yang berhubungan dengan Ramadan sebaiknya dimasukkan ke anggaran tahunan,” jelas Lisa saat berbincang dengan wolipop beberapa waktu lalu di Steakology, Tebet Raya, Jakarta Selatan.

Mengapa harus menjadi anggaran tahunan? Biaya lebaran dimasukkan ke dalam anggaran tahunan untuk mengurangi beban pengeluaran Anda, terutama bagi yang sudah berkeluarga. Ibu dua anak ini menuturkan, jika belum memasukkan biaya lebaran sebagai anggaran tahunan seharusnya dana tersebut sudah disiapkan maksimal tiga bulan sebelum Idul Fitri. Jika tidak, siap-siap saja pengeluaran Anda membengkak setelah Hari Raya.

Lisa mengatakan bahwa anggaran untuk lebaran tidak perlu terlalu besar. Cukup sekitar 5 persen setiap bulan dari penghasilan yang diperoleh saat ini. “Sebenarnya dana yang disisihkan untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang itu kan kira-kira 30 persen ya. Kalau dana lebaran karena masih 12 bulan, itu hanya memakan 3% sampai 5% saja, cukup untuk mudik juga kok,” urai Trainer International Association of Registered Financial Consultans (IARFC) itu.

Oleh sebab itu, jika Anda baru mau menyiapkan dana lebaran beberapa minggu sebelum Idul Fitri, jangan kaget kalau keuangan pasca lebaran menipis atau bahkan memiliki hutang. Anda juga disarankan tidak hanya mengandalkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan karena THR saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lebaran.

“Banyak orang berpikiran ‘Ah, nanti kan ada THR’, tapi dari THR ini kita ada kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan juga seperti menggaji dan memberikan THR ke karyawan rumah,” tutupnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.