Berpelukan Dan Bersalaman Dalam Matematika

Siswa laki-laki kelas IV MIN Perdamaian, Stabat, Langkat, Sumatera Utara saling berpelukan untuk belajar persekutuan dari kelipatan dua bilangan. Semenjak bermitra dengan USAID PRIORITAS, madrasah ini terus meningkatkan mutu pendidikannya.

KABAR MEDAN | Media pembelajaran bukan saja ampuh merasang minat anak belajar, tapi juga bisa membatasi hasrat guru untuk berceramah. Media pembelajaran membuat siswa lebih aktif.

Indah Khairina Lubis adalah guru kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Perdamaian, Stabat, Langkat. Ibu Rina begitu Ia dipanggil. Ibu Rina melempar tanya kepada siswanya,”Apa saja bentuk-bentuk energi di kehidupan sehari-hari?” Anak-anak menyahut dengan cepat. “Lampu,” itulah jawaban pertama. Dari jawaban itu, sang wali kelas 4 itu, mulai mengantar pembelajaran matematika tentang kelipatan persekutuan terkecil.

Wah, rupanya perhitungan matematika bisa dimanfaatkan untuk kepentingan berhemat energi. Penasaran? Tentu!

Rina menerangkan pentingnya menghemat energi listrik dengan cara mematikan lampu atau alat-alat elektronik lainnnya pada jam-jam tertentu. Sebelum mematikan atau menyalakan lampu, penting sekali belajar tentang frekuensi sebuah lampu menyala.

Dengan menggunakan bola-bola (kecil) berwarna sebagai media pembelajaran, Rina mencontohkan frekuensi lampu menyala untuk hitungan tertentu. Misalnya, sebuah lampu menyala setiap tiga menit. Maka deretan angka nyalanya: 3 detik, 6 detik, 9 detik, 12, …[sesuai kelipatan tiga]. Pun jika lampu menyala setiap empat detik, menggunakan pola deret hitung yang sama yakni 4 detik, 8 detik, 12 detik, ….

Bola-bola warna seumpama bola lampu, rupanya sangat menyenangkan bagi murid-murid. Terbukti ketika para siswa berlomba-lomba maju untuk menjelaskan bagaimana lampu menyala untuk periode kelipatan tertentu. Tiap bola berwarna itu dibubuh angka. Jumlahnya ratusan.

Bola sengaja dibuat dua warna dan diberi keterangan. Putih tanda nyala, hijau/merah tanda padam. Pemberian warna memudahkan siswa untuk memahami penggunaan media. Rina lalu meminta untuk mempraktikkan bagaimana lampu menyala secara periodik, misalnya setiap tiga detik atau empat detik.

Setelah memberi contoh, Rina kemudian meminta setiap utusan kelompok mendemonstrasikan di depan kelas bagaimana menyusun kelipatan bilangan tertentu dengan memutar bola-bola. Demonstrasi diikuti dengan penjelasan secara runut dan silogis.

Untuk penyegaran, anak-anak diajak bermain-main. Disediakan dua kerangjang yang masing-masing berisi lembar-lembar kertas berbentuk lingkaran. Lingkaran-lingkaran yang sebangun. Di tiap lingkaran dibubuh angka dari satu sampai seratus. Para siswa dibagi ke dalam dua grup. Grup A dan B.

Grup A diminta mencari angka kelipatan lima. Setiap anak dalam grup A hanya boleh mengambil satu angka. Setelah mendapatkan angka-angka itu, mereka wajib segera membentuk barisan sesuai urutan angka yang dipegangnya. Grup B juga begitu, tetapi mengambil angka kelipatan enam. Pemenang lomba adalah grup yang lebih dulu berhasil membentuk barisan secara rapi dan tepat. Pemenang akan dihadiahi tepuk tangan meriah.

Waktu permainan sekitar lima menit. Jika sudah ada pemenang, kedua kelompok diminta mencari temannya yang memegang nomor sama. Jika sama, kedua anak harus bersalaman (jika laki-laki dengan wanita) atau berpelukan (jika laki-laki dengan laki-laki). Salaman atau pelukan dalam permainan inilah yang kemudian didefenisikan oleh anak sebagai persekutuan dari kelipatan dua bilangan. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.